Bentuk Bentuk Interaksi Sosial Berserta Penjelasannya
Bentuk Bentuk Interaksi Sosial Berserta Penjelasannya - Manusia memang sudah ditakdirkan sebagai makhluk sosial. Walaupun sebagai makhluk individu tetapi manusia tidak dapat hidup sendiri. Dalam perwujudannya sebagai makhluk sosial, didalamnya terdapat sebuah interaksi sosial kepada orang lain. Semasa dibangku sekolah pasti sudah dijelaskan mengenai interaksi sosial beserta kandungan didalamnya. Kandungan tersebut meliputi fungsi interaksi sosial, bentuk bentuk interaksi sosial, dan masih banyak lagi. Interaksi sosial adalah hubungan antara dua orang atau lebih dengan dua arah sehingga memperoleh timbal balik yang sama. Kali ini saya akan menjelaskan lebih jauh mengenai bentuk bentuk interaksi sosial beserta penjelasannya. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak dibawah ini.
Bentuk bentuk interaksi sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif. Kedua bentuk interaksi sosial tersebut tercipta akibat adanya sebuah interaksi dalam masyarakat. Bentuk interaksi sosial asosiatif ialah bentuk interaksi yang bertujuan untuk mewujudkan persatuan sehingga interaksi sosial dapat berjalan dengan baik. Sedangkan bentuk interaksi sosial disosiatif ialah bentuk interaksi yang diwujudkan dengan cara perlawanan terhadap orang lain atau kelompok untuk mendapatkan tujuan tertentu. Kedua bentuk interaksi sosial tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Dibawah ini terdapat bentuk bentuk interaksi sosial beserta penjelasannya.
Bentuk interaksi sosial yang pertama ialah asosiatif. Interaksi sosial asosiatif bersifat lebih positif. Dengan kata lain interaksi ini mendukung kelompok maupun seseorang untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan. Proses interaksi sosial asosiatif dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis interaksi sosial asosiatif beserta penjelasannya :
Kerja Sama atau Cooperation
Bentuk interaksi sosial asosiatif yang pertama ialah kerja sama atau cooperation. Kerja sama ialah suatu usaha yang dilakukan oleh kelompok maupun antar individu untuk memperoleh tujuan dan kepentingn bersama. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan cara antar individu, antar kelompok maupun individu dengan kelompok. Berdasarkan pendapat Charles H. Cooley, kerja sama dapat tercipta apabila seseorang memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kepentingan yang serupa. Dalam pemenuhan kepentingan tersebut harus diimbangi dengan pengendalian dan pengetahuan yang matang. Dapat disimpulkan bahwa kerja sama memiliki faktor penting berupa kesadaran akan kepentingan yang sama dan pengorganisasian yang baik.
Bentuk interaksi sosial berupa kerja sama akan menjadi lebih kuat apabila terdapat sebuah perilaku maupun bahaya dari luar yang melukai kepatuhan dalam diri seseorang maupun kelompok. Misalnya kerja sama yang timbul antar tentara dalam melawan musuh. Kemudian didalamnya terdapat perbedaan pendapat. Namun tujuannya sama, maka dari itu terdapat sikap kuat untuk mempertahankannya. Kerjasama menurut pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis kerjasama menurut pelaksanaannya :
Bentuk interaksi sosial kerja sama juga dapat dibagi lagi menurut bentuk kerjanya. Berikut bentuk kerja sama berdasarkan bentuk kerjanya :
Akomodasi atau Accomodation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah akomodasi atau accomodation. Akomodasi ialah sebuah adaptasi antar individu maupun kelompok yang saling bertentangan untuk menanggulangi ketegangan. Akomodasi menjaga keseimbangan antar nilai dan norma dalam mayarakat untuk mewujudkan interaksi sosial. Biasanya bentuk interaksi sosial ini digunakan untuk mengatasi perselisihan, baik secara paksaan ataupun menghargai pribadi masing masing. Akomodasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis akomodasi :
Asimilasi atau Assimilation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah asimilasi. Asimilasi ialah usaha yang dlakukan untuk menyelesaikan perbedaan yang terjadi antar kelompok maupun antar individu dengan tujuan memperoleh kesepakatan, tujuan ataupun kepentingan bersama. Berdasarkan Koentjaraningrat, asimilasi akan tercipta apabila terdapat perbedaan kebudayaan antar kelompok. Setelah itu individu yang terdapat dalam kelompok tersebut saling berhubungan secara terus menerus, langsung dan dengan waktu yang lama. Dalam asimilasi tersebut kelompok yang mengalami pebedaan akan terjadi perubahan serta penyesuaian budaya dalam dirinya. Dalam bentuk interaksi sosial ini tercipta proses indentifikasi diri untuk memperoleh tujuan dan kepentingan kelompok. Asimilasi memiliki faktor pendorong dan penghambat terjadinya sebuah penyelesaian. Berikut faktor pendukung asimilasi :
Selain faktor pendukung dalam bentuk interaksi sosial asimilasi. Adapula faktor penghambat terjadinya asimilasi seperti :
Akulturasi atau Aculturation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah akulturasi aatau aculturation. Akulturasi ialah usaha yang dilakukan untuk menerima dan memproses kebudayaan asing menjadi bagian kebudayaan kelompok yang dimiliki namun tidak menghilangkan kebudayaan aslinya. Akulturasi dapat disebut pencampuran dua budaya dalam waktu yang cukup lama. Kebudayaan asing yang timbul kemudian diterima dan diolah namun kebudayaan aslinya tidak hilang.
Paternalisme
Bentuk interaksi sosial asosiatif yang terakhir ialah paternalisme. Paternalisme ialah kegiatan menguasai kelompok anak negeri yang dilakukan oleh kelompok pendatang. Kelompok pendatang ini bahkan telah menguasai perekonomian anak negeri. Pendatang tersebut bersikap sebagai penanam modal maupun penguasa sedangkan pihak anak negeri dijadikan sebagai pekerja atau buruh. Hal ini sama seperti jaman penjajahan Belanda untuk menguasai Indonesia. Penguasaan yang terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi saja, tetapi dalam bidang lain seperti permodalan, kesehatan, pendidikan, pertanahan dan lain lain. Dengan masalah seperti ini seharusnya terdapat penyelesaian yang cepat agar tidak ada salah paham antara pribumi dengan pendatang baru.
Bentuk interaksi sosial juga dapat bersifat disosiatif. Bentuk interaksi tersebut memiliki arti oposisi yang berarti pertentangan antar individu ataupun antar kelompok untuk memperoleh tujuan tertentu. Interaksi sosial disosiatif dapat dibagi lagi menjadi beberapa bentuk yaitu :
Persaingan atau Competition
Bentuk interaksi sosial disosiatif yang pertama ialah persaingan atau competition. Persaingan ialah kegiatan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan kemenangan. Persaingan timbul karena adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang terbatas ataupun ingin menjadi pusat perhatian dalam lingkup umum. Persaingan tercipta dengan berpedoman nilai dan norma dalam masyarakat. Bentuk interaksi sosial ini terjadi secara sportif karena minimnya kekerasan atau ancaman. Persaingan yang timbul dengan kekerasan, bahaya, dan merugikan orang lain dapat disebut perusuhan/persengketaan/persaingan tak sehat. Persaingan berfungsi untuk menyampaikan nilai dan kepentingan mayarakat sehingga tidak timbul konflik, menyampaikan keinginan kelompok atau individu agar dipenuhi namun sulit sekali dipenuhi dalam waktu yang bersamaan, dan menyeleksi individu yang sesuai untuk mendapatkan peran serta kedudukan berdasarkan kemampuannya. Contoh persaingan meliputi persaingan dalam bidang ekonomi, dalam bidang kebudayaan maupun kedudukan.
Kontravensi
Bentuk interaksi sosial disosiatif selanjutnya ialah kontravensi. Kontravensi ialah penentangan yang dilakukan dengan cara sembunyi agar tidak timbul konflik terbuka. Kontravensi ini ditandai dengan keraguan, penolakan, penyangkalan maupun ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka. Kontravensi disebabkan oleh perbedaan pendirian antar kalangan masyarakat. Bentuk interaksi sosial disosiatif ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti :
Pertikaian
Bentuk interaksi sosial disosiatif selanjutnya ialah pertikaian. Pertikaian ialah lanjutan dari kegiatan kontravensi. Pertikaian juga memiliki sifar terbuka. Timbulnya pertikaian diakibatkan oleh perbedaan tajam antar kelompok masyarakat. Perbedaan tersebut akan menimbulkan rasa benci dan amarah sehingga timbul sikap menghancurkan, menyerang, dan melukai orang lain. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pertikaian terjadi antar kelompok dengan jalan kekerasan dan ancaman.
Pertentangan
Bentuk interaksi sosial disosiatif yang terakhir ialah pertentangan. Pertentangan ialah sebuah perjuangan yang dilakukan oleh kelompok atau individu agar tujuannya dapat tercapai. Pertentangan ini terjadi dengan cara ancaman maupun kekerasan. Biasanya pertentangan diakibatkan oleh perbedaan pendapat, kebudayaan, perasaan, perubahan sosial serta kepentingan. Pertentangan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu pertentangan rasial, pertentangan pribadi, pertentangan politik, pertentangan antar kelas sosial dan pertentangan internasional.
Demikianlah penjelasan mengenai bentuk bentuk interaksi sosial. Secara umum interaksi sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu secara asosiatif dan disosiatif. Kedua bentuk tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
Bentuk Bentuk Interaksi Sosial Berserta Penjelasannya
Bentuk bentuk interaksi sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu interaksi sosial asosiatif dan interaksi sosial disosiatif. Kedua bentuk interaksi sosial tersebut tercipta akibat adanya sebuah interaksi dalam masyarakat. Bentuk interaksi sosial asosiatif ialah bentuk interaksi yang bertujuan untuk mewujudkan persatuan sehingga interaksi sosial dapat berjalan dengan baik. Sedangkan bentuk interaksi sosial disosiatif ialah bentuk interaksi yang diwujudkan dengan cara perlawanan terhadap orang lain atau kelompok untuk mendapatkan tujuan tertentu. Kedua bentuk interaksi sosial tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Dibawah ini terdapat bentuk bentuk interaksi sosial beserta penjelasannya.
Baca juga : Letak Astronomis dan Letak Geografis Indonesia
Interaksi Sosial Asosiatif
Bentuk interaksi sosial yang pertama ialah asosiatif. Interaksi sosial asosiatif bersifat lebih positif. Dengan kata lain interaksi ini mendukung kelompok maupun seseorang untuk mendapatkan hasil yang sesuai keinginan. Proses interaksi sosial asosiatif dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis interaksi sosial asosiatif beserta penjelasannya :
Kerja Sama atau Cooperation
Bentuk interaksi sosial asosiatif yang pertama ialah kerja sama atau cooperation. Kerja sama ialah suatu usaha yang dilakukan oleh kelompok maupun antar individu untuk memperoleh tujuan dan kepentingn bersama. Kerjasama tersebut dapat dilakukan dengan cara antar individu, antar kelompok maupun individu dengan kelompok. Berdasarkan pendapat Charles H. Cooley, kerja sama dapat tercipta apabila seseorang memiliki kesadaran bahwa mereka memiliki kepentingan yang serupa. Dalam pemenuhan kepentingan tersebut harus diimbangi dengan pengendalian dan pengetahuan yang matang. Dapat disimpulkan bahwa kerja sama memiliki faktor penting berupa kesadaran akan kepentingan yang sama dan pengorganisasian yang baik.
Bentuk interaksi sosial berupa kerja sama akan menjadi lebih kuat apabila terdapat sebuah perilaku maupun bahaya dari luar yang melukai kepatuhan dalam diri seseorang maupun kelompok. Misalnya kerja sama yang timbul antar tentara dalam melawan musuh. Kemudian didalamnya terdapat perbedaan pendapat. Namun tujuannya sama, maka dari itu terdapat sikap kuat untuk mempertahankannya. Kerjasama menurut pelaksanaannya dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis kerjasama menurut pelaksanaannya :
- Bergaining adalah sebuah perjanjian yang diwujudkan dalam bentuk pertukaran jasa maupun barang antara dua organisasi atau lebih.
- Gotong royong adalah bentuk interaksi sosial yang dilakukan secara sukarela dalam melaksanakan pekerjaan tertentu yang berhubungan dengan orang lain secara langsung.
- Koalisi adalah gabungan antara dua organisasi atau lebih dengan tujuan yang serupa. Dalam bentuk kerjasama ini terdapat ketidak stabilan karena masing masing organisasi memiliki struktur yang berbeda.
- Kooptasi adalah tata cara penerimaan nilai nilai baru dalam pelaksanaan negara maupun kepemimpinan. Tujuan dari kooptasi ialah untuk mencegah adanya konflik dalam sebuah organisasi negara.
- Joint Venture adalah jenis kerjasama yang dilakukan dalam sebuah perusahaan proyek misalnya usaha perhotelan ataupun pengeboran minyak.
Bentuk interaksi sosial kerja sama juga dapat dibagi lagi menurut bentuk kerjanya. Berikut bentuk kerja sama berdasarkan bentuk kerjanya :
- Kerja sama spontan ialah bentuk interaksi sosial kerja sama secara langsung.
- Kerja sama langsung ialah bentuk kerja sama yang pelaksanaannya berdasarkan perintah atasan.
- Kerja sama kontak ialah bentuk kerja sama yang pelaksanaannya berdasarkan perintah tertentu.
- Kerja sama tradisional ialah bentuk kerja sama sebagai penunjang sistem sosial.
Akomodasi atau Accomodation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah akomodasi atau accomodation. Akomodasi ialah sebuah adaptasi antar individu maupun kelompok yang saling bertentangan untuk menanggulangi ketegangan. Akomodasi menjaga keseimbangan antar nilai dan norma dalam mayarakat untuk mewujudkan interaksi sosial. Biasanya bentuk interaksi sosial ini digunakan untuk mengatasi perselisihan, baik secara paksaan ataupun menghargai pribadi masing masing. Akomodasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis. Berikut jenis jenis akomodasi :
- Koersi ialah bentuk interaksi sosial yang terbentuk melalui jalur paksaan dari satu pihak ke pihak lain yang bersifat lemah. Koersi dilakukan dengan cara mendominasi kelompok kelompok yang lemah, misalnya sistem pemerintahan totaliter.
- Kompromi ialah jenis akomodasi dalam sebuah perselisihan untuk menanggulangi tuntutan agar masalah dapat terselesaikan. Faktor utama terjadinya kompromi ialah adanya pemahaman dan pengertian kedua belah pihak. Misalnya perjanjian antar negara yang sedang berperang.
- Arbitrase ialah bentuk akomodasi yang timbul antara dua pihak berselisih karena tidak dapat berkompromi. Dalam interaksi sosial ini terdapat pihak ketiga yang menengahi masalah yang terjadi. Pihak ketiga biasanya berasal dari badan berwenang. Misalnya penyelesaian antara buruh dengan pengusaha, kemudiaan diatasi dengan cara arbitrase atau melalui pihak ketiga.
Baca juga : Pengertian Masyarakat Multikultural, Ciri Ciri dan Faktor Penyebab Masyarakat Multikultural
- Mediasi ialah pihak ketiga yang menengahi suatu masalah atau bertugas sebagai juru damai. Perdamaian tersebut berdasarkan persetujuan pihak yang berselisih. Misalnya mediasi antara Indonesia dengan Kamboja agar dapat berdamai.
- Konsiliasi adalah bentuk interaksi sosial untuk mendapatkan sebuah perjanjian dengan cara menyatukan keinginan pada kedua pihak yang bertikai. Konsiliasi dapat diubah menjadi asimilasi karena memiliki sifat lunak.
- Toleransi ialah bentuk akomodasi dengan cara persetujuan yang bersifat resmi. Dalam bentuk interaksi sosial ini perselisihan diatasi dengan cara perencanaan yang matang.
- Stalemate ialah bentuk interaksi sosial yang timbul antara kelompok satu dengan kelompok lain yang memiliki kekuatan sama namun mereka saling bertikai.
Asimilasi atau Assimilation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah asimilasi. Asimilasi ialah usaha yang dlakukan untuk menyelesaikan perbedaan yang terjadi antar kelompok maupun antar individu dengan tujuan memperoleh kesepakatan, tujuan ataupun kepentingan bersama. Berdasarkan Koentjaraningrat, asimilasi akan tercipta apabila terdapat perbedaan kebudayaan antar kelompok. Setelah itu individu yang terdapat dalam kelompok tersebut saling berhubungan secara terus menerus, langsung dan dengan waktu yang lama. Dalam asimilasi tersebut kelompok yang mengalami pebedaan akan terjadi perubahan serta penyesuaian budaya dalam dirinya. Dalam bentuk interaksi sosial ini tercipta proses indentifikasi diri untuk memperoleh tujuan dan kepentingan kelompok. Asimilasi memiliki faktor pendorong dan penghambat terjadinya sebuah penyelesaian. Berikut faktor pendukung asimilasi :
- Sikap toleransi.
- Kesempatan yang sama dalam bidang ekonomi.
- Sikap terbuka yang terdapat dalam penguasa.
- Adanya sikap menghargai kebudayaan dan orang asing.
- Terjadinya perkawinan amalgamasi atau campuran.
- Timbulnya persamaan kebudayaan.
- Terdapat musuh dari luar yang mengancam kepentingan bersama.
Selain faktor pendukung dalam bentuk interaksi sosial asimilasi. Adapula faktor penghambat terjadinya asimilasi seperti :
- Minimnya pengetahuan mengenai kebudayaan baru yang masuk.
- Terkucilnya kehidupan kelompok tertentu dalam masyarakat.
- Adanya perasaan sombong antar kebudayaan.
- Timbulnya perasaan takut mengenai kekuatan yang ada dalam kebudayaan baru.
- Adanya perbedaan warna kulit.
- Adanya sikap in group feeling yang kuat.
- Terdapat perbedaan kepentingan sehingga timbul sebuah pertentangan.
- Adanya gangguan dari golongan minoritas kepada golongan penguasa.
Akulturasi atau Aculturation
Bentuk interaksi sosial asosiatif selanjutnya ialah akulturasi aatau aculturation. Akulturasi ialah usaha yang dilakukan untuk menerima dan memproses kebudayaan asing menjadi bagian kebudayaan kelompok yang dimiliki namun tidak menghilangkan kebudayaan aslinya. Akulturasi dapat disebut pencampuran dua budaya dalam waktu yang cukup lama. Kebudayaan asing yang timbul kemudian diterima dan diolah namun kebudayaan aslinya tidak hilang.
Paternalisme
Bentuk interaksi sosial asosiatif yang terakhir ialah paternalisme. Paternalisme ialah kegiatan menguasai kelompok anak negeri yang dilakukan oleh kelompok pendatang. Kelompok pendatang ini bahkan telah menguasai perekonomian anak negeri. Pendatang tersebut bersikap sebagai penanam modal maupun penguasa sedangkan pihak anak negeri dijadikan sebagai pekerja atau buruh. Hal ini sama seperti jaman penjajahan Belanda untuk menguasai Indonesia. Penguasaan yang terjadi tidak hanya dalam bidang ekonomi saja, tetapi dalam bidang lain seperti permodalan, kesehatan, pendidikan, pertanahan dan lain lain. Dengan masalah seperti ini seharusnya terdapat penyelesaian yang cepat agar tidak ada salah paham antara pribumi dengan pendatang baru.
Baca juga : Ciri Ciri, Kelebihan dan Kelemahan Pemerintahan Presidensial
Interaksi Sosial Disosiatif
Bentuk interaksi sosial juga dapat bersifat disosiatif. Bentuk interaksi tersebut memiliki arti oposisi yang berarti pertentangan antar individu ataupun antar kelompok untuk memperoleh tujuan tertentu. Interaksi sosial disosiatif dapat dibagi lagi menjadi beberapa bentuk yaitu :
Persaingan atau Competition
Bentuk interaksi sosial disosiatif yang pertama ialah persaingan atau competition. Persaingan ialah kegiatan sosial yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk mendapatkan kemenangan. Persaingan timbul karena adanya keinginan untuk mendapatkan sesuatu yang terbatas ataupun ingin menjadi pusat perhatian dalam lingkup umum. Persaingan tercipta dengan berpedoman nilai dan norma dalam masyarakat. Bentuk interaksi sosial ini terjadi secara sportif karena minimnya kekerasan atau ancaman. Persaingan yang timbul dengan kekerasan, bahaya, dan merugikan orang lain dapat disebut perusuhan/persengketaan/persaingan tak sehat. Persaingan berfungsi untuk menyampaikan nilai dan kepentingan mayarakat sehingga tidak timbul konflik, menyampaikan keinginan kelompok atau individu agar dipenuhi namun sulit sekali dipenuhi dalam waktu yang bersamaan, dan menyeleksi individu yang sesuai untuk mendapatkan peran serta kedudukan berdasarkan kemampuannya. Contoh persaingan meliputi persaingan dalam bidang ekonomi, dalam bidang kebudayaan maupun kedudukan.
Kontravensi
Bentuk interaksi sosial disosiatif selanjutnya ialah kontravensi. Kontravensi ialah penentangan yang dilakukan dengan cara sembunyi agar tidak timbul konflik terbuka. Kontravensi ini ditandai dengan keraguan, penolakan, penyangkalan maupun ketidakpastian yang tidak dapat diungkapkan secara terbuka. Kontravensi disebabkan oleh perbedaan pendirian antar kalangan masyarakat. Bentuk interaksi sosial disosiatif ini dapat dibagi menjadi beberapa jenis seperti :
- Kontravensi taktis seperti memberi kejutan kelompok lawan yang terintimidasi dan terprovokasi.
- Kontravensi umum misalnya protes, keengganan, gangguan, pengancaman, perlawanan dan penolakan terhadap pihak lawan.
- Kontravensi intensif misalnya menyebarkan dan menghasut kabar yang tidak benar.
- Kontravensi sederhana misalnya penyangkalan pernyataan seseorang yang dilakukan didepan umum.
- Kontravensi rahasia misalnya berkhianat dan membocorkan rahasia orang lain.
Pertikaian
Bentuk interaksi sosial disosiatif selanjutnya ialah pertikaian. Pertikaian ialah lanjutan dari kegiatan kontravensi. Pertikaian juga memiliki sifar terbuka. Timbulnya pertikaian diakibatkan oleh perbedaan tajam antar kelompok masyarakat. Perbedaan tersebut akan menimbulkan rasa benci dan amarah sehingga timbul sikap menghancurkan, menyerang, dan melukai orang lain. Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa pertikaian terjadi antar kelompok dengan jalan kekerasan dan ancaman.
Pertentangan
Bentuk interaksi sosial disosiatif yang terakhir ialah pertentangan. Pertentangan ialah sebuah perjuangan yang dilakukan oleh kelompok atau individu agar tujuannya dapat tercapai. Pertentangan ini terjadi dengan cara ancaman maupun kekerasan. Biasanya pertentangan diakibatkan oleh perbedaan pendapat, kebudayaan, perasaan, perubahan sosial serta kepentingan. Pertentangan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk yaitu pertentangan rasial, pertentangan pribadi, pertentangan politik, pertentangan antar kelas sosial dan pertentangan internasional.
Demikianlah penjelasan mengenai bentuk bentuk interaksi sosial. Secara umum interaksi sosial dapat dibagi menjadi dua yaitu secara asosiatif dan disosiatif. Kedua bentuk tersebut masih dapat dibagi lagi menjadi beberapa jenis. Semoga artikel ini bermanfaat. Terima kasih.
0 Response to "Bentuk Bentuk Interaksi Sosial Berserta Penjelasannya"
Posting Komentar