Sejarah Kerajaan Singasari (Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya)
Sejarah Kerajaan Singasari (Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya) - Kerajaan singasari didirikan oleh Ken Arok. Namun dalam sejarah kerajaan singasari, asal usul dari Ken Arok tidak dapat diketahui dengan jelas. Berdasarkan kitab Pararaton, Ken Arok merupakan anak seorang wanita petani di desa Pangkur, sebelah timur dari Gunung Kawi. Menurut beberapa pendapat para ahli, Ken Arok diduga memiliki seorang ayah yang berprofesi sebagai pejabat kerajaan. Hal tersebut didasarkan pada ambisi, strategi yang tinggi dan wawasan berpikirnya yang luas. Pola pikir inilah yang jarang dimiliki oleh seorang petani biasa. Ken Arok pada mulanya hanya seorang abdi Tunggul Ametung dari Akuwu Tumapel. Pada saat itu Ken Arok memiliki keinginan untuk menjadi Akuwu dan ingin memperistri Ken Dedes (istri dari Tunggul Ametung).
Dalam sejarah kerajaan Singasari terdapat tipu muslihat yang dilakukan oleh Ken Arok. Hal ini dilakukan untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah kematian Tunggul Ametung, kemudian Ken Arok mengangkat dirinya sebagai AkuwuTumapel dan menjadikan Ken Dedes istrinya. Pada saat itu ternyata Ken Dedes dalam keadaan mengandung. Bahkan Ken Arok mengaku sebagai jelmaan Dewa Wisnu, Syiwa dan Brahmana. Hal ini bertujuan agar ia diterima oleh rakyat sebagai pemimpin yang sah. Kali ini saya akan menjelaskan mengenai sejarah kerajaan singasari, baik dalam kehidupan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Berikut ulasan selengkapnya.
Dalam sejarah kerajaan singasari, dulunya kerajaan ini dikuasai oleh kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Dandang Gendis atau Raja Kertajaya. Pada saat itu juga Ken Arok ingin melakukan pemberontakan namun menunggu waktu yang tepat. Terdapat beberapa pendeta dari kerajaan Kediri yang meminta penjagaan dari Ken Arok karena telah diperlakukan sewenang wenang oleh Raja Kertajaya. Kedatangan mereka disambut baik oleh Ken Arok dan saat itu mulai disusunlah barisan prajurit. Beliau bahkan melakukan pelatihan kepada prajurit dan melaksanakan propaganda kepada rakyat agar ikut memberontak kerajaan Kediri.
Setelah segala persiapan telah selesai, para prajurit Tumapel menuju Kediri dengan jumlah yang besar. Pada saat itulah terjadi peperangan besar di daerah Ganter. Kerajaan Kediri mulai dari raja hingga prajurit prajuritnya dapat dibinasakan oleh Tumapel. Ahirnya Ken Arok disambut ramai oleh rakyat Tumapel maupun rakyat Kediri. Ken Arok kemudian dinobatkan menjadi seorang raja dan menggabungkan kerajaan Tumapel dan Kediri. Kerajaan gabungan tadi dinamakan kerajaan Singasari. Pusat kerajaan singasari berada di sebelah timur Gunung Arjuna. Kerajaan ini mulai mengalami kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya. Dan pada saat itu terjadilah asal mula sejarah kerajaan Singasari.
Kehidupan politik dalam sejarah kerajaan singasari diketahui berdasarkan raja raja yang pernah memerintah kerajaan tersebut. Di bawah ini terdapat beberapa nama raja yang telah memerintah kerajaan Singasari.
Ken Arok (dari tahun 1222 sampai 1227)
Sejarah kerajaan singasari didirikan oleh Ken Arok. Beliaulah raja Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Kemunculan Ken Arok sebagai raja pertama kerajaan Singsari tersebut menunjukkan dinasti baru yaitu Dinasti Girindra atau Girindrawangsa dan Dinasti Rajasa atau Rajasawangsa. Pemerintahan Ken Arok hanya berjalan selama 5 tahun yaitu pada tahun 1222 sampai tahun 1227. Ken Arok terbunuh pada tahun 1227 oleh suruhan Anusapati dan dimakamkan di bangunan Siwa Buddha Kegenengan. Anusapati merupakan anak tiri dari Ken Arok.
Anusapati (dari tahun 1227 sampai 1248)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Anusapati. Tahta kerajaan Singasari diberikan kepada Anusapati setelah meninggalnya Ken Arok. Pemerintahan Anusapati yang cukup lama tidak terjadi pembaharuan yang dilakukan. Hal tersebut karena beliau terhanyut pada kesenangannya dalam menyabung ayam. Akhirnya kematian Ken Arok terbongkar dan diketahui oleh Tohjoyo yaitu putra Ken Arok dengan Ken Umang. Tohjoyo mengetahui kegemaran dari Anusapati yang suka menyabung ayam. Ia kemudian mengundang Anusapati untuk berpesta sabung ayam di kediamannya yaitu di Gedong Jiwa. Ketika Anusapati sedang asik dengan ayam jagoannya, Tohjoyo menyabut keris Empu Gandring miliknya dan menusukkannya ke tubuh Anusapati. Raja Anusapati meninggal dan didharmakan pada Candi Kidal.
Tohjoyo (pada tahun 1248)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Tohjoyo. Tahta kerajaan Singasari diberikan kepada Tohjoyo setelah meninggalnya Anusapati. Masa pemerintahan Tohjoyo tidak berlangsung lama. Hal ini dikarenakan Ranggawuni (anak Anusapati) ingin membalas dendam atas kematian ayahnya. Ranggawuni berhasil menggulingkan pemerintahan Tohjoyo dan menduduki singgasananya atas bantuan dari Mahesa Cempaka beserta pengikutnya.
Ranggawuni (dari tahun 1248 sampai 1268)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Ranggawuni. Pada tahun 1248, Ranggawuni dinobatkan sebagai raja kerajaan Singasari dan bergelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka. Mahesa Cempaka merupakan anak Mahesa Wongateleng yang memiliki kedudukan ratu angabhaya dan memiliki gelar Narasinghamurti. Pada saat pemerintahan Ranggawuni memberikan dampak baik bagi rakyat yaitu kesejahteraan dan ketentraman. Kemudian Wisnuwardana mengangkat anaknya sebagai raja muda Kertanegara pada tahun 1254. Pengangkatan ini bertujuan untuk mempersiapkannya sebagai raja kerajaan Singasari kelak. Wisnuwardana meninggal pada tahun 1268 serta didharmakan pada Candi Jago atau Jajaghu sebagai Buddha Amogapasa serta di Candi Waleri sebagai Siwa.
Kertanegara (dari tahun 1268 sampai 1292)
Raja terakhir dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Kertanegara. Kertanegara memiliki keinginan besar yaitu menyatukan seluruh kerajaan yang terdapat di Nusantara. Ia dinobatkan sebagai raja Singasari pada tahun 1268 dan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam memerintah kerajaan Singasari, ia memberi bantuan kepada tiga mahamentri yaitu mahamentri i sirikan, mahamentri i hino, dan mahamentri i halu. Ia kemudian melakukan pembaharuan pejabat yang kolot menjadi baru demi mewujudkan persatuan kerajaan kerajaan Nusantara. Contohnya Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani. Kemudian para wide banyak yang dijadikan Bupati Sumenep yang bergelar Aria Wiaraja.
Gagasan dalam sejarah kerajaan Singasari untuk menyatukan Nusantara tersebut berawal dari pulau Jawa kemudian menuju daerah daerah lain. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirim utusan untuk melakukan Ekspedisi Pamalayu dikota Melayu. Akhirnya kerajaan Melayu berhasil dikuasai dan ditandai oleh pengiriman Amogapasa ke Dharmasraya. Kertanegara memiliki tujuan untuk menguasai selat malaka beserta daerah lain seperti Bali, Sunda, Gurun (Maluku), Pahang, dan Bakulapura (Kalimantan Barat). Selain itu Kertanegara juga melakukan hubungan dengan raja Champa agar kekuasaannya tertahan sampai Kublai Khan dari Dinasti Mongol. Kerajaan Kublai Khan memaksa raja daerah selatan termasuk Indonesia untuk mengakuinya sebagai tuan. Keputusan itu ditolak oleh Kertanegara dan melukai Mengki selaku utusan Kublai Khan. Perlakukan tersebut membuat Kublai Khan marah besar dan mengirim pasukannya ke Jawa.
Jayakatwang memanfaatkan kesempatan ketika pasukan Singasari menghadapi serangan dari Mongol. Jayakatwang (keturunan raja Kediri yang terakhir) melakukan serangan pada saat itu juga. Ia melakukan serangan melalui arah utara dengan cara pasukan pancingan dan dari arah selatan dengan cara pasukan inti. Dalam sejarah kerajaan Singasari tidak berhenti begitu saja. Serangan dari arah selatan dipimpin oleh Jayakatwang sendiri. Ia berhasil masuk kedalam istana dan melihat Kertanegara sedang melakukan pesta besar dengan pembesar di istana. Akhirnya para pembesar istana besera Kertanegara tewas. Namun menantu Kertanegara (Raden Wijawa) berhasil kabur dan menuju Sumenep untuk meminta perlindungan dari bupati Aria Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mengabdi dan memperoleh ampunan dari Jayakatwang atas bantuan Aria Wiraraja. Bahkan ia diberikan sebidang Tanah Terik (nantinya sebagai asal mula kerajaan Majapahit).
Menurut sejarah kerajaan Singasari, pada tahun 1292 raja Kertanegara gugur dan Jayakatwang berhasil mengusai kerajaan tersebut. Kertanegara didharmakan pada Candi Singasari sebagai Siwa Buddha atau Bairawa. Kemudian diwujudkan sebagai arca Joko Dolog di Taman Simpang, Surabaya.
Selanjutnya terdapat kehidupan ekonomi dalam sejarah kerajaan Singasari. Kehidupan ekonomi kerajaan Singasari berasal dari berita negeri asing, sumber prasasti dan analisis para ilmuan. Menurutnya kerajaan Singasari berpusat di sekitar Lembah Sungai Brantas dan rakyatnya banyak mengantungkan hidupnya sebagai seorang petani. Perekonomian tersebut didukung oleh melimpahnya hasil bumi. Dengan begitu Kertanegara banyak memperluas kekuasaannya untuk lintas perdagangan. Bahkan Sungai Brantas digunakan untuk sarana jalur perdagangan dari wilayah wilayah luar. Perkembangan perekonomian dalam kerajaan Singasari juga didukung oleh jalur perdagangan.
Adapula kehidupan sosial budaya dalam sejarah kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari meninggalkan bukti kebudayaan seperti patung, prasasti maupun candi. Peninggalan candi di kerajaan Singasari meliputi Candi Singasari, Candi Jago, dan Candi Kidal. Kemudian adapula patung hasil peninggalan kerajaan Singasari seperti Patung Ken Dedes yang disebut sebagai Dewi Prajnaparamita (dewi kesuburan) serta Patung Kertanegara disebut sebagai Amoghapasa. Pasang surut yang terjadi dalam rakyat Singasari bermula dari pemerintahan Ken Arok hingga Wisnuwardhana. Ketika pemerintahan Ken Arok, masyarakat hidup dengan makmur dan tentram.
Namun menurut sejarah kerajaan Singasari, pemerintahan Anusapati banyak mengalami pengabaian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh kegemarannya dalam menyabung ayam, bahkan pembangunan kerajaannya sampai terlupakan. Kehidupan masyarakat kembali membaik ketika pemerintahan Wisnuwardhana. Kemudian Kertangara membuat para rakyatnya hidup sejahtera dan aman. Ia juga ingin menyatukan seluruh kerajaan Nusantara dengan naungan Singasari. Semua itu diwujudkan dengan kerja keras dan usaha yang tiada henti walaupun pencapaiannya belum sempurna. Kertanegara berhasil menguasai daerah Bali, Melayu, Jawa, Semenanjung Malaka, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan Madura.
Demikianlah penjelasan mengenai sejarah kerajaan singasari, baik dalam kehidupan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Dalam sejarah kerajaan Singasari terdapat tipu muslihat yang dilakukan oleh Ken Arok. Hal ini dilakukan untuk membunuh Tunggul Ametung. Setelah kematian Tunggul Ametung, kemudian Ken Arok mengangkat dirinya sebagai AkuwuTumapel dan menjadikan Ken Dedes istrinya. Pada saat itu ternyata Ken Dedes dalam keadaan mengandung. Bahkan Ken Arok mengaku sebagai jelmaan Dewa Wisnu, Syiwa dan Brahmana. Hal ini bertujuan agar ia diterima oleh rakyat sebagai pemimpin yang sah. Kali ini saya akan menjelaskan mengenai sejarah kerajaan singasari, baik dalam kehidupan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Berikut ulasan selengkapnya.
Sejarah Kerajaan Singasari (Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya)
Dalam sejarah kerajaan singasari, dulunya kerajaan ini dikuasai oleh kerajaan Kediri yang dipimpin oleh Dandang Gendis atau Raja Kertajaya. Pada saat itu juga Ken Arok ingin melakukan pemberontakan namun menunggu waktu yang tepat. Terdapat beberapa pendeta dari kerajaan Kediri yang meminta penjagaan dari Ken Arok karena telah diperlakukan sewenang wenang oleh Raja Kertajaya. Kedatangan mereka disambut baik oleh Ken Arok dan saat itu mulai disusunlah barisan prajurit. Beliau bahkan melakukan pelatihan kepada prajurit dan melaksanakan propaganda kepada rakyat agar ikut memberontak kerajaan Kediri.
Baca juga : Sejarah dan Isi Perjanjian Renville
Setelah segala persiapan telah selesai, para prajurit Tumapel menuju Kediri dengan jumlah yang besar. Pada saat itulah terjadi peperangan besar di daerah Ganter. Kerajaan Kediri mulai dari raja hingga prajurit prajuritnya dapat dibinasakan oleh Tumapel. Ahirnya Ken Arok disambut ramai oleh rakyat Tumapel maupun rakyat Kediri. Ken Arok kemudian dinobatkan menjadi seorang raja dan menggabungkan kerajaan Tumapel dan Kediri. Kerajaan gabungan tadi dinamakan kerajaan Singasari. Pusat kerajaan singasari berada di sebelah timur Gunung Arjuna. Kerajaan ini mulai mengalami kehidupan politik, ekonomi dan sosial budaya. Dan pada saat itu terjadilah asal mula sejarah kerajaan Singasari.
Kehidupan Politik Kerajaan Singasari
Kehidupan politik dalam sejarah kerajaan singasari diketahui berdasarkan raja raja yang pernah memerintah kerajaan tersebut. Di bawah ini terdapat beberapa nama raja yang telah memerintah kerajaan Singasari.
Ken Arok (dari tahun 1222 sampai 1227)
Sejarah kerajaan singasari didirikan oleh Ken Arok. Beliaulah raja Singasari yang bergelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Kemunculan Ken Arok sebagai raja pertama kerajaan Singsari tersebut menunjukkan dinasti baru yaitu Dinasti Girindra atau Girindrawangsa dan Dinasti Rajasa atau Rajasawangsa. Pemerintahan Ken Arok hanya berjalan selama 5 tahun yaitu pada tahun 1222 sampai tahun 1227. Ken Arok terbunuh pada tahun 1227 oleh suruhan Anusapati dan dimakamkan di bangunan Siwa Buddha Kegenengan. Anusapati merupakan anak tiri dari Ken Arok.
Anusapati (dari tahun 1227 sampai 1248)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Anusapati. Tahta kerajaan Singasari diberikan kepada Anusapati setelah meninggalnya Ken Arok. Pemerintahan Anusapati yang cukup lama tidak terjadi pembaharuan yang dilakukan. Hal tersebut karena beliau terhanyut pada kesenangannya dalam menyabung ayam. Akhirnya kematian Ken Arok terbongkar dan diketahui oleh Tohjoyo yaitu putra Ken Arok dengan Ken Umang. Tohjoyo mengetahui kegemaran dari Anusapati yang suka menyabung ayam. Ia kemudian mengundang Anusapati untuk berpesta sabung ayam di kediamannya yaitu di Gedong Jiwa. Ketika Anusapati sedang asik dengan ayam jagoannya, Tohjoyo menyabut keris Empu Gandring miliknya dan menusukkannya ke tubuh Anusapati. Raja Anusapati meninggal dan didharmakan pada Candi Kidal.
Tohjoyo (pada tahun 1248)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Tohjoyo. Tahta kerajaan Singasari diberikan kepada Tohjoyo setelah meninggalnya Anusapati. Masa pemerintahan Tohjoyo tidak berlangsung lama. Hal ini dikarenakan Ranggawuni (anak Anusapati) ingin membalas dendam atas kematian ayahnya. Ranggawuni berhasil menggulingkan pemerintahan Tohjoyo dan menduduki singgasananya atas bantuan dari Mahesa Cempaka beserta pengikutnya.
Baca juga : Perjanjian Linggarjati, Isi Perjanjian Linggarjati, Dan Hasil Perundingan Linggarjati
Ranggawuni (dari tahun 1248 sampai 1268)
Raja selanjutnya dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Ranggawuni. Pada tahun 1248, Ranggawuni dinobatkan sebagai raja kerajaan Singasari dan bergelar Sri Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka. Mahesa Cempaka merupakan anak Mahesa Wongateleng yang memiliki kedudukan ratu angabhaya dan memiliki gelar Narasinghamurti. Pada saat pemerintahan Ranggawuni memberikan dampak baik bagi rakyat yaitu kesejahteraan dan ketentraman. Kemudian Wisnuwardana mengangkat anaknya sebagai raja muda Kertanegara pada tahun 1254. Pengangkatan ini bertujuan untuk mempersiapkannya sebagai raja kerajaan Singasari kelak. Wisnuwardana meninggal pada tahun 1268 serta didharmakan pada Candi Jago atau Jajaghu sebagai Buddha Amogapasa serta di Candi Waleri sebagai Siwa.
Kertanegara (dari tahun 1268 sampai 1292)
Raja terakhir dalam sejarah kerajaan Singasari ialah raja Kertanegara. Kertanegara memiliki keinginan besar yaitu menyatukan seluruh kerajaan yang terdapat di Nusantara. Ia dinobatkan sebagai raja Singasari pada tahun 1268 dan bergelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam memerintah kerajaan Singasari, ia memberi bantuan kepada tiga mahamentri yaitu mahamentri i sirikan, mahamentri i hino, dan mahamentri i halu. Ia kemudian melakukan pembaharuan pejabat yang kolot menjadi baru demi mewujudkan persatuan kerajaan kerajaan Nusantara. Contohnya Patih Raganata diganti oleh Patih Aragani. Kemudian para wide banyak yang dijadikan Bupati Sumenep yang bergelar Aria Wiaraja.
Gagasan dalam sejarah kerajaan Singasari untuk menyatukan Nusantara tersebut berawal dari pulau Jawa kemudian menuju daerah daerah lain. Pada tahun 1275, Kertanegara mengirim utusan untuk melakukan Ekspedisi Pamalayu dikota Melayu. Akhirnya kerajaan Melayu berhasil dikuasai dan ditandai oleh pengiriman Amogapasa ke Dharmasraya. Kertanegara memiliki tujuan untuk menguasai selat malaka beserta daerah lain seperti Bali, Sunda, Gurun (Maluku), Pahang, dan Bakulapura (Kalimantan Barat). Selain itu Kertanegara juga melakukan hubungan dengan raja Champa agar kekuasaannya tertahan sampai Kublai Khan dari Dinasti Mongol. Kerajaan Kublai Khan memaksa raja daerah selatan termasuk Indonesia untuk mengakuinya sebagai tuan. Keputusan itu ditolak oleh Kertanegara dan melukai Mengki selaku utusan Kublai Khan. Perlakukan tersebut membuat Kublai Khan marah besar dan mengirim pasukannya ke Jawa.
Jayakatwang memanfaatkan kesempatan ketika pasukan Singasari menghadapi serangan dari Mongol. Jayakatwang (keturunan raja Kediri yang terakhir) melakukan serangan pada saat itu juga. Ia melakukan serangan melalui arah utara dengan cara pasukan pancingan dan dari arah selatan dengan cara pasukan inti. Dalam sejarah kerajaan Singasari tidak berhenti begitu saja. Serangan dari arah selatan dipimpin oleh Jayakatwang sendiri. Ia berhasil masuk kedalam istana dan melihat Kertanegara sedang melakukan pesta besar dengan pembesar di istana. Akhirnya para pembesar istana besera Kertanegara tewas. Namun menantu Kertanegara (Raden Wijawa) berhasil kabur dan menuju Sumenep untuk meminta perlindungan dari bupati Aria Wiraraja. Raden Wijaya kemudian mengabdi dan memperoleh ampunan dari Jayakatwang atas bantuan Aria Wiraraja. Bahkan ia diberikan sebidang Tanah Terik (nantinya sebagai asal mula kerajaan Majapahit).
Menurut sejarah kerajaan Singasari, pada tahun 1292 raja Kertanegara gugur dan Jayakatwang berhasil mengusai kerajaan tersebut. Kertanegara didharmakan pada Candi Singasari sebagai Siwa Buddha atau Bairawa. Kemudian diwujudkan sebagai arca Joko Dolog di Taman Simpang, Surabaya.
Baca juga : Sejarah Kerajaan Samudera Pasai
Kehidupan Ekonomi Kerajaan Singasari
Selanjutnya terdapat kehidupan ekonomi dalam sejarah kerajaan Singasari. Kehidupan ekonomi kerajaan Singasari berasal dari berita negeri asing, sumber prasasti dan analisis para ilmuan. Menurutnya kerajaan Singasari berpusat di sekitar Lembah Sungai Brantas dan rakyatnya banyak mengantungkan hidupnya sebagai seorang petani. Perekonomian tersebut didukung oleh melimpahnya hasil bumi. Dengan begitu Kertanegara banyak memperluas kekuasaannya untuk lintas perdagangan. Bahkan Sungai Brantas digunakan untuk sarana jalur perdagangan dari wilayah wilayah luar. Perkembangan perekonomian dalam kerajaan Singasari juga didukung oleh jalur perdagangan.
Kehidupan Sosial Budaya Kerajaan Singasari
Adapula kehidupan sosial budaya dalam sejarah kerajaan Singasari. Kerajaan Singasari meninggalkan bukti kebudayaan seperti patung, prasasti maupun candi. Peninggalan candi di kerajaan Singasari meliputi Candi Singasari, Candi Jago, dan Candi Kidal. Kemudian adapula patung hasil peninggalan kerajaan Singasari seperti Patung Ken Dedes yang disebut sebagai Dewi Prajnaparamita (dewi kesuburan) serta Patung Kertanegara disebut sebagai Amoghapasa. Pasang surut yang terjadi dalam rakyat Singasari bermula dari pemerintahan Ken Arok hingga Wisnuwardhana. Ketika pemerintahan Ken Arok, masyarakat hidup dengan makmur dan tentram.
Namun menurut sejarah kerajaan Singasari, pemerintahan Anusapati banyak mengalami pengabaian dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dikarenakan oleh kegemarannya dalam menyabung ayam, bahkan pembangunan kerajaannya sampai terlupakan. Kehidupan masyarakat kembali membaik ketika pemerintahan Wisnuwardhana. Kemudian Kertangara membuat para rakyatnya hidup sejahtera dan aman. Ia juga ingin menyatukan seluruh kerajaan Nusantara dengan naungan Singasari. Semua itu diwujudkan dengan kerja keras dan usaha yang tiada henti walaupun pencapaiannya belum sempurna. Kertanegara berhasil menguasai daerah Bali, Melayu, Jawa, Semenanjung Malaka, Nusa Tenggara, Maluku, Kalimantan, Sulawesi, dan Madura.
Demikianlah penjelasan mengenai sejarah kerajaan singasari, baik dalam kehidupan politik, ekonomi maupun sosial budaya. Semoga artikel ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
0 Response to "Sejarah Kerajaan Singasari (Kehidupan Politik, Ekonomi, dan Sosial Budaya)"
Posting Komentar