Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap - Pertentangan antara dua blok yaitu Blok Barat (Amerika Serikat) dan Blok Timur (Uni Soviet) semakin genting pada awal tahun 1950. Kedua negara tersebut memberikan pengaruh terhadap negara negara yang tergolong berkembang. Pertentangan kedua blok inilah yang menjadi awal perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Soviet. Perang dingin yang terjadi merupakan awal sejarah konferensi asia afrika (KAA). Konferensi Tingkat Tinggi Asia Afrika atau KTT Asia Afrika atau KAA merupakan konferensi yang berisi negara negara muda dan baru merdeka di kawasan Asia maupun Afrika.
Latar belakang terjadinya Konferensi Asia Afrika (KAA) ialah keadaan yang membuat negara negara terjajah ingin mendapatkan kemerdekaannya pasca Perang Dunia ke II. Konferensi tersebut timbul karena perasaan senasib antara Asia dan Afrika yang pernah dijajah oleh bangsa Barat. Persamaan inilah yang membuat negara Asia dan Afrika bekerja sama dalam menanggulangi masalah sosial, ekonoi, budaya dan pendidikan disetiap negara masing masing. Nah pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Pada tanggal 28 April 1954 diadakan Konferensi Colombo yang dihadiri oleh 5 negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Srikanka dan Burma (Myanmar). Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan di Indonesia, lebih tepatnya di Bogor. Pertemuan lima negara ini mengeluarkan keputusan hasil penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang bertempat di Indonesia. Hal inilah yang mendasari sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA).
Pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) terdapat beberapa pelopor yang mendukung penyelenggaraan konferensi tersebut. Berikut daftar nama pelopor KAA:
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) dilangsungkan oleh kelima negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Srikanka dan Burma (Myanmar). Pertemuan KAA bertempat di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia pada tanggal 18 - 24 April 1955. Konferensi ini diatur oleh Roeslan Abdulgani selaku Menteri Luar Negeri Indonesia. Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) disebutkan bahwa pertemuan KAA bertujuan untuk mempublikasikan kerjasama Asia dan Afrika dalam bidang ekonomi maupun budaya. Selain itu KAA dibentuk untuk melawan neokolonialisme atau kolonialisme negara Uni Soviet, Amerika Serikat dan negara kolonial lainnya.
Konferensi Asia Afrika (KAA) dihadiri oleh 29 negara. Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) ini dibentuk tidak semata mata hanya untuk melawan penjajah. Namun KAA dapat dijadikan sebagai tempat refleksi untuk mencurahkan atau mengkonsultasikan masalah yang di hadapi mayarakat Asia dalam Perang Dingin, keinginan negara yang tergabung dengan KAA agar berhubungan baik dengan jalur perdamaian, dan tempat mengkonsultasikan kekhawairan Cina yang bersitegang dengan Amerika Serikat. Presiden Soekarno memberikan pidato pembukaan pada pertemuan Konferensi Asia Afrika yang bertajuk "Kolonialisme Belum Mati". Pidato tersebut seolah membangkitkan semangat dan rasa persaudaraan antar peserta KAA. Pada tanggal 14 Juni 1995, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara diberikan 10 poin oleh pemerintah akibat pertemuan KAA.
Hasil Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) terdapat beberapa hasil dari pertemuan tersebut. Berikut hasil pertemuan dari KAA:
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) menghasilakn keputusan yang berisi Dasasila Bandung. Didalam Dasasila Bandung terdapat beberapa kesepakatan seperti:
Tujuan Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) ini, konferensi tidak hanya dibentuk dengan perasaan senasib akibat penjajahan. Namun Konferensi Asia Afrika (KAA) dibentuk dengan tujuan tertentu seperti :
Menurut sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA), pembentukan konferensi ini juga memiliki manfaat khusus. Pada awalnya negara Asia dan Afrika melakukan pertemuan dengan tujuan membangun kekuatan yang berasal dari negara berkembang demi mengimbangi kekuatan besar antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Negara negara yang tergabung dengan KAA memiliki keinginan untuk tidak masuk ke dalam konflik kedua blok, ingin menciptakan rakyat yang sejahtera, berdaulat, maju dan berkembang. Konferensi Asia Afrika (KAA) semakin berkurang perannya karena Perang Dingin telah berakhir. Meskipun demikian hubungan antara Asia dan Afrika tetap terjalin dengan baik.
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) mengajarkan bahwa diperlukan kerjasama yang baik untuk menciptakan perdamaian dunia, kesejahteraan rakyat dan memajukan negara. Pertemuan Konferensi Asia Afrika (KAA) dihadiri oleh berbagai negara seperti Indonesia, Saudi Arabia, Yordania, Afganistan, Filipina, Ghana, Sudan, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Kamboja, India, Libya, Pakistan, Cina, Yaman, Laos, Iran, Jepang, Srilanka, Syria, Ethiopia, Irak, Thailand, Turki, Myanmar, Libanon, Nepal, Liberia, dan Mesir.
Konferensi Asia Afrika (KAA) |
Latar belakang terjadinya Konferensi Asia Afrika (KAA) ialah keadaan yang membuat negara negara terjajah ingin mendapatkan kemerdekaannya pasca Perang Dunia ke II. Konferensi tersebut timbul karena perasaan senasib antara Asia dan Afrika yang pernah dijajah oleh bangsa Barat. Persamaan inilah yang membuat negara Asia dan Afrika bekerja sama dalam menanggulangi masalah sosial, ekonoi, budaya dan pendidikan disetiap negara masing masing. Nah pada kesempatan kali ini saya akan membahas mengenai sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) lengkap. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap
Pada tanggal 28 April 1954 diadakan Konferensi Colombo yang dihadiri oleh 5 negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Srikanka dan Burma (Myanmar). Pertemuan tersebut kemudian dilanjutkan di Indonesia, lebih tepatnya di Bogor. Pertemuan lima negara ini mengeluarkan keputusan hasil penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika pada tahun 1955 yang bertempat di Indonesia. Hal inilah yang mendasari sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA).
Baca juga : Kedatangan AFNEI dan Perlawanannya di Daerah Daerah Indonesia
Pelopor Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) terdapat beberapa pelopor yang mendukung penyelenggaraan konferensi tersebut. Berikut daftar nama pelopor KAA:
- Ali Sastroamidjojo (Indonesia)
- Jawahral Nehru (India)
- Mohammad Ali Bogra (Pakistan)
- John Kotelawala (Sri Lanka)
- U Nu (Myanmar / Burma)
Penyelenggaraan Konferensi Asia Afrika (KAA) dilangsungkan oleh kelima negara seperti Indonesia, India, Pakistan, Srikanka dan Burma (Myanmar). Pertemuan KAA bertempat di Gedung Merdeka, Bandung, Indonesia pada tanggal 18 - 24 April 1955. Konferensi ini diatur oleh Roeslan Abdulgani selaku Menteri Luar Negeri Indonesia. Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) disebutkan bahwa pertemuan KAA bertujuan untuk mempublikasikan kerjasama Asia dan Afrika dalam bidang ekonomi maupun budaya. Selain itu KAA dibentuk untuk melawan neokolonialisme atau kolonialisme negara Uni Soviet, Amerika Serikat dan negara kolonial lainnya.
Konferensi Asia Afrika (KAA) dihadiri oleh 29 negara. Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) ini dibentuk tidak semata mata hanya untuk melawan penjajah. Namun KAA dapat dijadikan sebagai tempat refleksi untuk mencurahkan atau mengkonsultasikan masalah yang di hadapi mayarakat Asia dalam Perang Dingin, keinginan negara yang tergabung dengan KAA agar berhubungan baik dengan jalur perdamaian, dan tempat mengkonsultasikan kekhawairan Cina yang bersitegang dengan Amerika Serikat. Presiden Soekarno memberikan pidato pembukaan pada pertemuan Konferensi Asia Afrika yang bertajuk "Kolonialisme Belum Mati". Pidato tersebut seolah membangkitkan semangat dan rasa persaudaraan antar peserta KAA. Pada tanggal 14 Juni 1995, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara diberikan 10 poin oleh pemerintah akibat pertemuan KAA.
Baca juga : Peran Indonesia Dalam Gerakan Non Blok Beserta Perwujudannya
Hasil Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) terdapat beberapa hasil dari pertemuan tersebut. Berikut hasil pertemuan dari KAA:
- KAA dijadikan sebagai medan untuk mengelakkan diri dari Perang Dingin.
- Sebagai pereda ketegangan yang terjadi dibeberapa negara Asia dan Afrika.
- KAA menerima pendekatan tradisional yang dilakukan oleh Indonesia dengan cara musyawarah dan mufakat.
- KAA dapat menerapkan musyarawah dan mufakat hingga menghasilkan keputusan yang baik.
- Menghasilkan dokumen Basic Paper on Radio Activity dan Basic Paper on Racial Discrimination pada pertemuan terakhir. Dokumen tersebut lebih dikenal sebagai "Dasasila Bandung". Pada tahun 1961, Konferensi Asia Afrika (KAA) berakhir dengan membentuk Gerakan Non Blok.
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) menghasilakn keputusan yang berisi Dasasila Bandung. Didalam Dasasila Bandung terdapat beberapa kesepakatan seperti:
- Berdasarkan asas asas PBB, kita diharuskan untuk menghormati hak dasar manusia.
- Menghormati integrasi teritorial dan kedaulatan seluruh bangsa.
- Mengakui persaman seluruh suku bangsa, baik yang bersifat besar maupun kecil.
- Tidak ikut campur terhadap permasalahan negara lain.
- Sesuai dengan Piagam PBB, kita harus menghargai bangsa yang ingin mempertahankan negaranya sendiri baik secara kolektif maupun sendiri.
- Tidak menggunakan pertahanan kolektif dan peraturan demi kepentingan khusus maupun kepentingan negara besar lainnya.
- Tidak melakukan ancaman agresi ataupun kekerangan yang berkaitan dengan kemerdekaan politik maupun integrasi teritorial sebuah negara.
- Menyelesaikan permasalahan internasional secara damai yaitu melalui arbitrasi, perundingan, persetujuan dan sebagainya.
- Menjalin kerjasama untuk memajukan kepentingan umum.
- Mengetahui kewajiban dan hukum internasional
Baca juga : Sejarah, Latar Belakang, dan Dampak Perang Padri Lengkap
Tujuan Konferensi Asia Afrika (KAA)
Dalam sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) ini, konferensi tidak hanya dibentuk dengan perasaan senasib akibat penjajahan. Namun Konferensi Asia Afrika (KAA) dibentuk dengan tujuan tertentu seperti :
- Menciptakan ketentraman dan perdamaian negara negara Asia dan Afrika.
- Menjalin kerja sama antar negara Asia dan Afrika untuk kepentingan bersama, berhubungan baik sebagai tetangga dan menciptakan persahabatan.
- Media pertimbangan masalah ekonomi, sosial dan budaya yang dialami oleh negara anggota KAA.
- Sebagai media pertimbangan masalah khusus yang dialami oleh negara anggota KAA seperti kolonialisme, kedaulatan, rasisme dan nasional.
- Peninjau rayat Asia Afrika agar tetap damai dan selalu bekerja sama dengan dunia.
Menurut sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA), pembentukan konferensi ini juga memiliki manfaat khusus. Pada awalnya negara Asia dan Afrika melakukan pertemuan dengan tujuan membangun kekuatan yang berasal dari negara berkembang demi mengimbangi kekuatan besar antara Uni Soviet dengan Amerika Serikat. Negara negara yang tergabung dengan KAA memiliki keinginan untuk tidak masuk ke dalam konflik kedua blok, ingin menciptakan rakyat yang sejahtera, berdaulat, maju dan berkembang. Konferensi Asia Afrika (KAA) semakin berkurang perannya karena Perang Dingin telah berakhir. Meskipun demikian hubungan antara Asia dan Afrika tetap terjalin dengan baik.
Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) mengajarkan bahwa diperlukan kerjasama yang baik untuk menciptakan perdamaian dunia, kesejahteraan rakyat dan memajukan negara. Pertemuan Konferensi Asia Afrika (KAA) dihadiri oleh berbagai negara seperti Indonesia, Saudi Arabia, Yordania, Afganistan, Filipina, Ghana, Sudan, Vietnam Utara, Vietnam Selatan, Kamboja, India, Libya, Pakistan, Cina, Yaman, Laos, Iran, Jepang, Srilanka, Syria, Ethiopia, Irak, Thailand, Turki, Myanmar, Libanon, Nepal, Liberia, dan Mesir.
0 Response to "Sejarah Konferensi Asia Afrika (KAA) Lengkap"
Posting Komentar