10+ Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambar
10+ Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambar - Dalam sejarah Dinasti Tang terdapat peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang menyebutkan bahwa kerajaan ini sudah ada sejak abad ke 7 di pantai Timur Sumatera Selatan dan memiliki nama lain yakni She-li-fo-she. Hal ini dibuktikan dengan pemerolehan 6 prasasti peninggalan Sriwijaya yang penemuannya tersebar di wilayah Belitung, Sumatera Selatan dan Pulau Bangka. Selain itu peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya juga ditemukan dari sumber asing seperti pembangunan Prasasti Ligor di Pantai Timur Thailand Selatan dan di duga sudah ada sejak tahun 775 Masehi. Kemudian adapula prasasti Tanjore di India pada tahun 1030 Masehi dan Prasasti Nalanda yang sudah ada sejak pertengahan abad ke 9.
Kerajaan Sriwijaya, terutama di wilayah Palembang telah diperkenalkan agama Budha pada tahun 425 Masehi. Pada saat itu telah banyak peneliti dari berbagai negara Asia dan peziarah yang datang seperti kunjungan ke Sumatera yang dilakukan oleh pendeta Tiongkok I Ching karena perjalanan studinya menuju Universitas Nalanda. Bahkan ia juga membuat tulisan bahwa ribuan sarjana Budha menganggap Sriwijaya sebagai rumah barunya. Untuk itulah bentuk peninggalan Sriwijaya di berbagai wilayah ditemukan. Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijayanya. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Sebelum membagikan beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Saya akan menjelaskan sedikit tentang kerajaan tersebut. Seperti halnya kerajaan kerajaan di Indonesia lainnya, kerajaan ini juga meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan di berbagai wilayah. Menurut sejarah, Kerajaan Sriwijaya memiliki masa kejayaan ketika seluruh kapal yang melewati rute perdagangan lokal dikenakan bea cukai. Kerajaan tersebut memperoleh kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan.
Namun Sekitar tahun 1007 dan 1023Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai kehilangan masa kejayaannya. Hal ini dapat terjadi karena Raja kerajaan Cholomandala yang bernama Raja Rajendra Chola berhasil merebut bandar kota Sriwijaya dan menyerangnya. Namun meski begitu kerajaan tersebut meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan sekarang ini. Dibawah ini terdapat beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Berikut penjelasan selengkapnya:
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah prasasti Kota Kapur. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada tulisannya. Penemuan prasasti kota kapur berada di Pulau Bangka Barat. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tahun 1892 oleh J.K Van der Meulen dengan berisi cerita kutukan kepada orang yang melanggar perinah dan titah dari Raja Sriwijaya yang berkuasa. Kemudian ahli epigrafi, H. Ken meneliti prasasti kota kapur yang memiliki anggapan bahwa Sriwijaya dikatakan sebagai nama seorang raja. Kemudian pada abad ke 7 Masehi terdapat kerajaan di Sumatera bernama Sriwijaya yang pernah berkuasa kuat di Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan di Barat Nusantara sesuai dengan pendapat dari George Coedes.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di Museum Kerajaan Amsterdam Belanda yang bernama Rijksmuseum sampai tahun 2012 karena Museum Nasional Indonesia meminjamkannya. Peninggalan Sriwijaya seperti prasasti kota kapur ini ditemukan terlebih dahulu sebelum penemuan Prasasti Talang Tuwo dan prasasti Kedukan Bukit. Dalam prasasti kota kapur tertulis bahwa kekuasaan Sriwijaya mencapai wilayah Pulau Belitung, Sumatera, Pulau Bangka dan Lampung. Dalam prasasti tersebut juga terdapat perlakuan ekspedisi militer oleh Sri Jayasana mengenai hukuman Bhumi Jawa yang tidak mematuhi kerajaan Sriwijaya dimasa itu. Kejadian ini bertepatan dengan runtuhnya Holing atau Kalingga di Jawa Tengah dan Taruma di Jawa Barat dikarenakan serangan Kerajaan Sriwijaya. Bahkan perkembangan Kerajaan Sriwijaya tidak berhenti begitu saja karena dikala itu jalur perdagangan maritim di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata dan Selat Sunda juga dikendalikan oleh Sriwijaya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Ligor. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di wilayah Thailand Selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai kedua sisi pahatan yang bernama Prasasti Ligor A (manuskrip Viang Sa) dan Prasasti Ligor B yang berisi pemberian gelar Sri Maharaja menjadi Visnu Sesawarimadawimathana yang dibuat oleh raja wangsa dari Sailendra. Kemudian cerita dalam prasasti Ligor A berisi pendirian Trisamaya Caitya untuk Kajara yang dilakukan oleh Raja Sriwijaya sebagai raja dari seluruh raja di dunia. Sedangkan dalam prasasti Ligor B terdapat cerita Visnu yang memperoleh julukan pembunuh sombong para musuh hingga tak tersisa bernama Śesavvārimadavimathana dan bergelar Sri Maharaja dari keluarga Śailendravamśa. Cerita ini tertulis menggunakan aksara Kawi dan lengkap dengan angka yang menunjukan tahun 775.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Palas Pasemah. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersusun oleh 13 baris tulisan yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Dalam prasasti Palas Pasemah terdapat penjelasan mengenai kutukan dari penguasa Sriwijaya bagi orang yang tidak mau tunduk. Di duga prasasti ini telah ada sejak abad ke 7 Masehi jika dilihat dari aksaranya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Hujung Langit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Desa Haur Kuning, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada tulisan didalamnya. Prasasti Hujung Langit ini tidak terlalu jelas dibagian isinya karena banyak sekali kerusakan. Tetapi diperkirakan prasasti tersebut berisi pemberian tanah Sima dan sudah ada sejak tahun 997 Masehi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya pada tahun 1935 di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan isinya berupa kutukan dari kedaulatan Sriwijaya bagi mereka yang berbuat jahat. Saat penemuan prasasti Telaga Batu ternyata ditemukan juga prasasti Telaga Batu 2 disekitar lokasi. Prasasti kedua ini berisi keberadaan suatu vihara. Tetapi di Museum Nasional Jakarta juga sudah terdapat 30 prasasti Siddhayatra yang telah ditemukan di tahun sebelumnya. Prasasti Telaga Batu memiliki lebar 148 cm dan tinggi 118 cm dengan pahatan batu andesit.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti Telaga Batu ini memiliki 7 buah kepala ular kobra dibagian atasnya dan pancuran air tempat membasuh di bagian tengahnya. Prasasti peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki 28 baris tulisan dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Prasasti Telaga Batu sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya secara garis besar berisi kutukan dari kedatuan Sriwijaya bagi mereka yang tidak patuh dan berbuat kejahatan. Kutukan yang tertulis dalam prasasti ini tergolong lengkap karena terdapat nama pejabat pemerintahan yang tinggal di ibukota kerajaan yaitu Palembang sesuai dengan dugaan dari beberapa ahli sejarah. Namun semua itu dibantah oleh anggapan Soekmono karena didalam prasasti Telaga Batu tertulis usulan Minanga seperti pada prasasti Kedukan Bukit disekitar ibukota Sriwijaya di Candi Muara Takus dan tidak mungkin Sriwijaya asalnya dari Palembang karena isinya hanya kutukan dari kedatuan untuk mereka yang tidak patuh.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan khususnya di tepi Sungai Tatang yang alirannya menuju Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920. Ukuran dari prasasti Kedukan Bukit sekitar 45 cm x 80 cm yang didalamnya terdapat tulisan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Keduka Bukit berisi penyelenggaraan perjalanan suci menggunakan perahu atau Sidhayarta oleh Dapunta Hyang sebagai utusan dari Kerajaan Sriwijaya. Perjalanan Dapunta Hyang didampingi oleh 2000 pasukan dan dapat menguasai daerah daerah lainnya. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut sekarang ini berada di Museum Nasional Jakarta.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Talang Tuwo. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Bukit Seguntang tepi utara Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tanggal 17 November 1920 oleh residen Palembang bernama Louis Constant Westenenk. Prasasti Talang Tuwo mengandung isi mengenai doa yang digunakan pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni aliran agama Budha Mahayana. Hal ini terbukti dari adanya kata aliran yang khas dari Budha Mahayana seperti annuttarabhisamyaksamvodhi, Vajrasarira, Mahasattva, dan Bodhicitta.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki ukuran 50 cm x 80 cm yang keadaan tulisannya cukup baik serta berisi angka dari aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno tertulis 23 Maret 684 Masehi atau 606 Saka. Prasasti Talang Tuwo berhasil di terjemahkan oleh sarjana pertama bernama Van Ronkel dan berisi 14 baris kalimat didalamnya. Bahkan terjemahan Bosh ini telah dimuat dalam Acta Orientalia. Kemudian pada tahun 1920, prasasti Talang Tuwo disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut berisi Sri Jayasana selaku Raja Sriwijaya yang membangun taman pada abad ke 7 untuk para rakyatnya. Lahan taman ini mempunyai lembah dan bukit sehingga pemandangannya sangat indah sesuai dengan isi dalam prasasti Talang Tuwo. Taman tersebut bernama Taman Srisetra dan dibagian dasar lembah terdapat sungai yang airnya mengalir ke Sungai Musi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Leiden. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di museum Belanda. Peninggalan Sriwijaya tersebut tertulis dalam lempengan tembaga dengan bahasa Tamil dan Sansekerta. Didalam prasasti Leiden terdapat cerita hubungan baik antara dinasti Sailendra di Sriwijaya India Selatan dengan dinasti Chila di Tamil.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Berahi. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berhout. Peninggalan Sriwijaya tersebut berisi kutukan dari Raja Sriwijaya bagi mereka yang tidak setia dan melakukan kejahatan. Dalam prasasti Berahi terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa namun tidak dilengkapi dengan tulisan tahunnya.
Penemuan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di lokasi dekat struktur bata kuno yang sekarang dijadikan sebagai lokasi pemakaman sesuai dengan pendapat Pak Natsir. Pada tahun 1727, prasasti ini ditemukan oleh cucu Temenggung Lakek sesuai dengan cerita di Dusun Batu Bersurat. Jariah adalah anak dari Temenanggung Lakek yang telah membawa batu prasasti Karang Berahi pada masa Belanda menuju masjid Asyobirin yang terletak di dekat aliran Batang Merangin. Prasasti tersebut kemudian diletakkan di halaman kantor residen di kota Bangko. Sekarang ini kantor tersebut dikenal dengan nama Kantor Dinas Budpar Kabupaten Merangin. Namun masyarakat Desa Karang Berahi meminta kembali prasasti tersebut pada masa penjajahan Jepang. Kemudian pihak Jepang mengabulkan permintaan itu dan mengembalikannya ke lingkungan tepi Batang Merangin di sekitar masjid Asyobirin.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muara Takus. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki tembok dari batu putih dengan ketinggian 80 cm yang terletak disekeliling candi berukuran 74 m x 74 m. Menurut perkiraan candi tersebut dijadikan sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan ada sejak kerajaan tersebut mencapai masa keemasannya. Pembuatan candi ini berbeda dengan candi di Jawa pada umumnya yang berasal dari batu andesit. Namun pembuatan candi ini berasal dari batu sungai, batu pasir dan batu bata. Candi Muara Takus memiliki bahan utama dari tanah liat desa Pongkai. Disekitar komplek candi terdapat menara stupa besar yang berasal dari batu pasir kuning dan batu bata. Selain itu bangunan Candi Muara Takus juga memiliki candi Tua, Stupa Mahligai, candi Bungsu dan Palangka di bagian dalamnya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti candi Muara Takus ini memiliki arsitektur yang tidak dapat ditemukan di wilayah Indonesia sehingga tergolong sangat unik. Hal ini dikarenakan candi peninggalan Sriwijaya tersebut hampir sama dengan bentuk Stupa Budha yang ada di Myanmar, Sri Lanka, dan Vietnam. Dalam stupa candi Muara Takus peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya terdapat ornamen roda pada stupa dan disemua kompleks candinya banyak ditemukan kepala singa.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muaro Jambi. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia di tepi Batang Hari. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki luas 3891 hektar sehingga termasuk dalam kompleks candi paling luas di Asia Tenggara dan diduga juga termasuk dalam peninggalan kerajaan Melayu. Pada tahun 1824, S.C. Crooke selaku letnan Inggris melakukan pemetaan demi keperluan militer di sekitar daerah aliran sungai. Kemudian pemugaran dilakukan oleh R. Soekmono pada tahun 1975 selaku pimpinan pemerintahan Indonesia. Candi Muaro Jambi diperkirakan telah ada sejak abad ke 9 - 12 Masehi menurut pendapat Boechari yang merupakan seorang pakar epigrafi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini mengandung 10 candi di sekitar kompleksnya yang telah dilakukan pemugaran seperti candi Kembar Batu, Gedong Dua, Gumpung, Kembang Batu, Kedaton, Gedong Satu, Kotomahligai, Tinggi, Candi Astano, dan Telago Rajo. Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan Sriwijaya yang disekitar kompleksnya terdapat kanal kuno atau parit buatan manusia, gundukan tanah dari bata kuno dan kolam tempat penampungan air. Selain itu peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut juga ditemukan 85 menapo milik penduduk setempat di sekitar kompleks candi Muaro Jambi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Bahal. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Bahal, kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Peninggalan Sriwijaya tersebut termasuk dalam kompleks candi yang beraliran Vajrayana. Pembuatan candi Bahal berasal dari bata merah serta terdapat hiasan papan dikelilingi ukiran yaksa kepala hewan yang menari di bagian kaki candinya. Penari tersebut memiliki wajah tertutup topeng hewan menyerupai upacara pada Tibet. Selain itu adapula ukiran singa duduk pada hiasan papannya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Gapura Sriwijaya. Gapura peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Peninggalan Sriwijaya tersebut terdapat 9 gapura pada situs gapura Sriwijaya. Tetapi sampai sekarang hanya dapat ditemukan 7 gapura saja. Gapura ini dalam keadaan yang roboh karena faktor alam seperti gempa, erosi dan sebagainya. Selain itu reruntuhan gapura memiliki tanda cekungan oval di salah satu sisi bahu dimana bentuk bebatuannya menyerupai segi lima memanjang. Cekungan tersebut merupakan tanda pengunci batu sehingga dapat ditempel atau disatukan.
Sekian penjelasan mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut pada dasarnya masih banyak ditemukan seperti peralatan perang, perhiasan, peralatan upacara dan lain lain. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dan terima kasih telah berkunjung.
Bentuk Peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya |
Kerajaan Sriwijaya, terutama di wilayah Palembang telah diperkenalkan agama Budha pada tahun 425 Masehi. Pada saat itu telah banyak peneliti dari berbagai negara Asia dan peziarah yang datang seperti kunjungan ke Sumatera yang dilakukan oleh pendeta Tiongkok I Ching karena perjalanan studinya menuju Universitas Nalanda. Bahkan ia juga membuat tulisan bahwa ribuan sarjana Budha menganggap Sriwijaya sebagai rumah barunya. Untuk itulah bentuk peninggalan Sriwijaya di berbagai wilayah ditemukan. Pada kesempatan kali ini saya akan membagikan beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijayanya. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
10+ Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambar
Sebelum membagikan beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Saya akan menjelaskan sedikit tentang kerajaan tersebut. Seperti halnya kerajaan kerajaan di Indonesia lainnya, kerajaan ini juga meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan di berbagai wilayah. Menurut sejarah, Kerajaan Sriwijaya memiliki masa kejayaan ketika seluruh kapal yang melewati rute perdagangan lokal dikenakan bea cukai. Kerajaan tersebut memperoleh kekayaan dari jasa pelabuhan dan gudang perdagangan.
Baca juga : 40+ Peninggalan Kerajaan Majapahit Beserta Gambar
Namun Sekitar tahun 1007 dan 1023Masehi, Kerajaan Sriwijaya mulai kehilangan masa kejayaannya. Hal ini dapat terjadi karena Raja kerajaan Cholomandala yang bernama Raja Rajendra Chola berhasil merebut bandar kota Sriwijaya dan menyerangnya. Namun meski begitu kerajaan tersebut meninggalkan beberapa peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya yang telah ditemukan sekarang ini. Dibawah ini terdapat beberapa bentuk peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Berikut penjelasan selengkapnya:
Prasasti Kota Kapur
Gambar Prasasti Kota Kapur |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya yang pertama adalah prasasti Kota Kapur. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada tulisannya. Penemuan prasasti kota kapur berada di Pulau Bangka Barat. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tahun 1892 oleh J.K Van der Meulen dengan berisi cerita kutukan kepada orang yang melanggar perinah dan titah dari Raja Sriwijaya yang berkuasa. Kemudian ahli epigrafi, H. Ken meneliti prasasti kota kapur yang memiliki anggapan bahwa Sriwijaya dikatakan sebagai nama seorang raja. Kemudian pada abad ke 7 Masehi terdapat kerajaan di Sumatera bernama Sriwijaya yang pernah berkuasa kuat di Semenanjung Malaya, Thailand Selatan dan di Barat Nusantara sesuai dengan pendapat dari George Coedes.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di Museum Kerajaan Amsterdam Belanda yang bernama Rijksmuseum sampai tahun 2012 karena Museum Nasional Indonesia meminjamkannya. Peninggalan Sriwijaya seperti prasasti kota kapur ini ditemukan terlebih dahulu sebelum penemuan Prasasti Talang Tuwo dan prasasti Kedukan Bukit. Dalam prasasti kota kapur tertulis bahwa kekuasaan Sriwijaya mencapai wilayah Pulau Belitung, Sumatera, Pulau Bangka dan Lampung. Dalam prasasti tersebut juga terdapat perlakuan ekspedisi militer oleh Sri Jayasana mengenai hukuman Bhumi Jawa yang tidak mematuhi kerajaan Sriwijaya dimasa itu. Kejadian ini bertepatan dengan runtuhnya Holing atau Kalingga di Jawa Tengah dan Taruma di Jawa Barat dikarenakan serangan Kerajaan Sriwijaya. Bahkan perkembangan Kerajaan Sriwijaya tidak berhenti begitu saja karena dikala itu jalur perdagangan maritim di Laut Cina Selatan, Laut Jawa, Selat Malaka, Selat Karimata dan Selat Sunda juga dikendalikan oleh Sriwijaya.
Prasasti Ligor
Gambar Prasasti Ligor |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Ligor. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di wilayah Thailand Selatan oleh Nakhon Si Thammarat. Peninggalan Sriwijaya tersebut mempunyai kedua sisi pahatan yang bernama Prasasti Ligor A (manuskrip Viang Sa) dan Prasasti Ligor B yang berisi pemberian gelar Sri Maharaja menjadi Visnu Sesawarimadawimathana yang dibuat oleh raja wangsa dari Sailendra. Kemudian cerita dalam prasasti Ligor A berisi pendirian Trisamaya Caitya untuk Kajara yang dilakukan oleh Raja Sriwijaya sebagai raja dari seluruh raja di dunia. Sedangkan dalam prasasti Ligor B terdapat cerita Visnu yang memperoleh julukan pembunuh sombong para musuh hingga tak tersisa bernama Śesavvārimadavimathana dan bergelar Sri Maharaja dari keluarga Śailendravamśa. Cerita ini tertulis menggunakan aksara Kawi dan lengkap dengan angka yang menunjukan tahun 775.
Prasasti Palas Pasemah
Gambar Prasasti Palas Pasemah |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Palas Pasemah. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya terjadi di pinggir rawa Desa Palas Pasemah, Lampung Selatan, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersusun oleh 13 baris tulisan yang menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Dalam prasasti Palas Pasemah terdapat penjelasan mengenai kutukan dari penguasa Sriwijaya bagi orang yang tidak mau tunduk. Di duga prasasti ini telah ada sejak abad ke 7 Masehi jika dilihat dari aksaranya.
Baca juga : Penyebab Runtuhnya Kerajaan Majapahit Beserta Penjelasan
Prasasti Hujung Langit
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Hujung Langit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Desa Haur Kuning, Lampung. Peninggalan Sriwijaya tersebut menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno pada tulisan didalamnya. Prasasti Hujung Langit ini tidak terlalu jelas dibagian isinya karena banyak sekali kerusakan. Tetapi diperkirakan prasasti tersebut berisi pemberian tanah Sima dan sudah ada sejak tahun 997 Masehi.
Prasasti Telaga Batu
Gambar Prasasti Telaga Batu |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Telaga Batu. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya pada tahun 1935 di kolam Telaga Biru, Kelurahan 3 Ilir, Kecamatan Ilir Timur II, Kota Palembang. Peninggalan Sriwijaya tersebut tersimpan di Museum Nasional Jakarta dan isinya berupa kutukan dari kedaulatan Sriwijaya bagi mereka yang berbuat jahat. Saat penemuan prasasti Telaga Batu ternyata ditemukan juga prasasti Telaga Batu 2 disekitar lokasi. Prasasti kedua ini berisi keberadaan suatu vihara. Tetapi di Museum Nasional Jakarta juga sudah terdapat 30 prasasti Siddhayatra yang telah ditemukan di tahun sebelumnya. Prasasti Telaga Batu memiliki lebar 148 cm dan tinggi 118 cm dengan pahatan batu andesit.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti prasasti Telaga Batu ini memiliki 7 buah kepala ular kobra dibagian atasnya dan pancuran air tempat membasuh di bagian tengahnya. Prasasti peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki 28 baris tulisan dengan menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa. Prasasti Telaga Batu sebagai peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya secara garis besar berisi kutukan dari kedatuan Sriwijaya bagi mereka yang tidak patuh dan berbuat kejahatan. Kutukan yang tertulis dalam prasasti ini tergolong lengkap karena terdapat nama pejabat pemerintahan yang tinggal di ibukota kerajaan yaitu Palembang sesuai dengan dugaan dari beberapa ahli sejarah. Namun semua itu dibantah oleh anggapan Soekmono karena didalam prasasti Telaga Batu tertulis usulan Minanga seperti pada prasasti Kedukan Bukit disekitar ibukota Sriwijaya di Candi Muara Takus dan tidak mungkin Sriwijaya asalnya dari Palembang karena isinya hanya kutukan dari kedatuan untuk mereka yang tidak patuh.
Prasasti Kedukan Bukit
Gambar Prasasti Kedukan Bukit |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Kedukan Bukit. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Kampung Kedukan Bukit, Kelurahan 35 Ilir, Palembang, Sumatera Selatan khususnya di tepi Sungai Tatang yang alirannya menuju Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan oleh M. Batenburg pada tanggal 29 November 1920. Ukuran dari prasasti Kedukan Bukit sekitar 45 cm x 80 cm yang didalamnya terdapat tulisan menggunakan aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti Keduka Bukit berisi penyelenggaraan perjalanan suci menggunakan perahu atau Sidhayarta oleh Dapunta Hyang sebagai utusan dari Kerajaan Sriwijaya. Perjalanan Dapunta Hyang didampingi oleh 2000 pasukan dan dapat menguasai daerah daerah lainnya. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut sekarang ini berada di Museum Nasional Jakarta.
Prasasti Talang Tuwo
Gambar Prasasti Talang Tuwo |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Talang Tuwo. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di Bukit Seguntang tepi utara Sungai Musi. Peninggalan Sriwijaya tersebut ditemukan pada tanggal 17 November 1920 oleh residen Palembang bernama Louis Constant Westenenk. Prasasti Talang Tuwo mengandung isi mengenai doa yang digunakan pada masa Kerajaan Sriwijaya yakni aliran agama Budha Mahayana. Hal ini terbukti dari adanya kata aliran yang khas dari Budha Mahayana seperti annuttarabhisamyaksamvodhi, Vajrasarira, Mahasattva, dan Bodhicitta.
Prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini memiliki ukuran 50 cm x 80 cm yang keadaan tulisannya cukup baik serta berisi angka dari aksara Pallawa dan bahasa Melayu Kuno tertulis 23 Maret 684 Masehi atau 606 Saka. Prasasti Talang Tuwo berhasil di terjemahkan oleh sarjana pertama bernama Van Ronkel dan berisi 14 baris kalimat didalamnya. Bahkan terjemahan Bosh ini telah dimuat dalam Acta Orientalia. Kemudian pada tahun 1920, prasasti Talang Tuwo disimpan di Museum Nasional Jakarta. Prasasti peninggalan dari Kerajaan Sriwijaya tersebut berisi Sri Jayasana selaku Raja Sriwijaya yang membangun taman pada abad ke 7 untuk para rakyatnya. Lahan taman ini mempunyai lembah dan bukit sehingga pemandangannya sangat indah sesuai dengan isi dalam prasasti Talang Tuwo. Taman tersebut bernama Taman Srisetra dan dibagian dasar lembah terdapat sungai yang airnya mengalir ke Sungai Musi.
Prasasti Leiden
Gambar Prasasti Leiden |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Leiden. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di museum Belanda. Peninggalan Sriwijaya tersebut tertulis dalam lempengan tembaga dengan bahasa Tamil dan Sansekerta. Didalam prasasti Leiden terdapat cerita hubungan baik antara dinasti Sailendra di Sriwijaya India Selatan dengan dinasti Chila di Tamil.
Baca juga : 12 Peninggalan Peradaban Mesopotamia di Berbagai Bidang
Prasasti Berahi
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah prasasti Berahi. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini penemuannya di tepi Batang Merangin, Dusun Batu Bersurat, Desa Karang Berahi, kecamatan Pamenang, Merangin, Jambi pada tahun 1904 oleh Kontrolir L.M. Berhout. Peninggalan Sriwijaya tersebut berisi kutukan dari Raja Sriwijaya bagi mereka yang tidak setia dan melakukan kejahatan. Dalam prasasti Berahi terdapat tulisan yang menggunakan bahasa Melayu Kuno dan aksara Pallawa namun tidak dilengkapi dengan tulisan tahunnya.
Penemuan prasasti peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini berada di lokasi dekat struktur bata kuno yang sekarang dijadikan sebagai lokasi pemakaman sesuai dengan pendapat Pak Natsir. Pada tahun 1727, prasasti ini ditemukan oleh cucu Temenggung Lakek sesuai dengan cerita di Dusun Batu Bersurat. Jariah adalah anak dari Temenanggung Lakek yang telah membawa batu prasasti Karang Berahi pada masa Belanda menuju masjid Asyobirin yang terletak di dekat aliran Batang Merangin. Prasasti tersebut kemudian diletakkan di halaman kantor residen di kota Bangko. Sekarang ini kantor tersebut dikenal dengan nama Kantor Dinas Budpar Kabupaten Merangin. Namun masyarakat Desa Karang Berahi meminta kembali prasasti tersebut pada masa penjajahan Jepang. Kemudian pihak Jepang mengabulkan permintaan itu dan mengembalikannya ke lingkungan tepi Batang Merangin di sekitar masjid Asyobirin.
Candi Muara Takus
Gambar Candi Muara Takus |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muara Takus. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Muara Takus Kecamatan XIII Koto, Kabupaten Kampar, Riau. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki tembok dari batu putih dengan ketinggian 80 cm yang terletak disekeliling candi berukuran 74 m x 74 m. Menurut perkiraan candi tersebut dijadikan sebagai pusat Kerajaan Sriwijaya dan ada sejak kerajaan tersebut mencapai masa keemasannya. Pembuatan candi ini berbeda dengan candi di Jawa pada umumnya yang berasal dari batu andesit. Namun pembuatan candi ini berasal dari batu sungai, batu pasir dan batu bata. Candi Muara Takus memiliki bahan utama dari tanah liat desa Pongkai. Disekitar komplek candi terdapat menara stupa besar yang berasal dari batu pasir kuning dan batu bata. Selain itu bangunan Candi Muara Takus juga memiliki candi Tua, Stupa Mahligai, candi Bungsu dan Palangka di bagian dalamnya.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya seperti candi Muara Takus ini memiliki arsitektur yang tidak dapat ditemukan di wilayah Indonesia sehingga tergolong sangat unik. Hal ini dikarenakan candi peninggalan Sriwijaya tersebut hampir sama dengan bentuk Stupa Budha yang ada di Myanmar, Sri Lanka, dan Vietnam. Dalam stupa candi Muara Takus peninggalan sejarah kerajaan Sriwijaya terdapat ornamen roda pada stupa dan disemua kompleks candinya banyak ditemukan kepala singa.
Candi Muaro Jambi
Gambar Candi Muaro Jambi |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Muaro Jambi. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Kecamatan Maro Sebo, Kabupaten Muaro Jambi, Jambi, Indonesia di tepi Batang Hari. Peninggalan Sriwijaya tersebut memiliki luas 3891 hektar sehingga termasuk dalam kompleks candi paling luas di Asia Tenggara dan diduga juga termasuk dalam peninggalan kerajaan Melayu. Pada tahun 1824, S.C. Crooke selaku letnan Inggris melakukan pemetaan demi keperluan militer di sekitar daerah aliran sungai. Kemudian pemugaran dilakukan oleh R. Soekmono pada tahun 1975 selaku pimpinan pemerintahan Indonesia. Candi Muaro Jambi diperkirakan telah ada sejak abad ke 9 - 12 Masehi menurut pendapat Boechari yang merupakan seorang pakar epigrafi.
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya ini mengandung 10 candi di sekitar kompleksnya yang telah dilakukan pemugaran seperti candi Kembar Batu, Gedong Dua, Gumpung, Kembang Batu, Kedaton, Gedong Satu, Kotomahligai, Tinggi, Candi Astano, dan Telago Rajo. Candi Muaro Jambi merupakan peninggalan Sriwijaya yang disekitar kompleksnya terdapat kanal kuno atau parit buatan manusia, gundukan tanah dari bata kuno dan kolam tempat penampungan air. Selain itu peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut juga ditemukan 85 menapo milik penduduk setempat di sekitar kompleks candi Muaro Jambi.
Candi Bahal
Gambar Candi Bahal |
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah candi Bahal. Candi peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Desa Bahal, kecamatan Padang Bolak, Portibi, Kabupaten Padang Lawas, Sumatera Utara. Peninggalan Sriwijaya tersebut termasuk dalam kompleks candi yang beraliran Vajrayana. Pembuatan candi Bahal berasal dari bata merah serta terdapat hiasan papan dikelilingi ukiran yaksa kepala hewan yang menari di bagian kaki candinya. Penari tersebut memiliki wajah tertutup topeng hewan menyerupai upacara pada Tibet. Selain itu adapula ukiran singa duduk pada hiasan papannya.
Gapura Sriwijaya
Peninggalan Kerajaan Sriwijaya selanjutnya adalah Gapura Sriwijaya. Gapura peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya ini berada di Dusun Rimba, Kecamatan Dempo Tengah, Kota Pagar Alam, Sumatera Selatan. Peninggalan Sriwijaya tersebut terdapat 9 gapura pada situs gapura Sriwijaya. Tetapi sampai sekarang hanya dapat ditemukan 7 gapura saja. Gapura ini dalam keadaan yang roboh karena faktor alam seperti gempa, erosi dan sebagainya. Selain itu reruntuhan gapura memiliki tanda cekungan oval di salah satu sisi bahu dimana bentuk bebatuannya menyerupai segi lima memanjang. Cekungan tersebut merupakan tanda pengunci batu sehingga dapat ditempel atau disatukan.
Sekian penjelasan mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Sriwijaya beserta gambar peninggalan Sriwijayanya. Peninggalan sejarah Kerajaan Sriwijaya tersebut pada dasarnya masih banyak ditemukan seperti peralatan perang, perhiasan, peralatan upacara dan lain lain. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dan terima kasih telah berkunjung.
0 Response to "10+ Peninggalan Kerajaan Sriwijaya Beserta Gambar"
Posting Komentar