22 Peninggalan Kerajaan Kediri (Candi, Kitab dan Prasasti)
22 Peninggalan Kerajaan Kediri (Candi, Kitab dan Prasasti) - Kerajaan Kediri dapat disebut sebagai kerajaan Panjalu atau kerajaan Kadiri. Kerajaan Kediri terdapat di kota Daha dan didirikan pada tahun 1042 sampai 1222. Wilayah ini sekarang lebih dikenal sebagai wilayah Kediri, Jawa Timur. Seperti halnya kerajaan di Indonesia pada umumnya, kerajaan ini juga memiliki beberapa peninggalan sejarah kerajaan Kediri. Lalu apa saja bentuk peninggalan kerajaan Kediri? Adapun bentuk peninggalan Kediri dapat berupa candi, kitab kitab maupun prasasti.
Salah satu bentuk peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ialah kitab terkenal yang bernama kitab Kresnayana. Kemudian adapula prasasti peninggalan kediri yang cukup terkenal yaitu prasasti jaring. Untuk kategori peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berbentuk candi dapat berupa candi penataran yang terkenal. Dalam pembahasan kali ini saya akan membagikan beberapa peninggalan Kerajaan Kediri, baik berupa candi, kitab kitab maupun prasasti. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
Kerajaan Kediri menurut sejarah memiliki ibu kota yaitu Daha dengan bahasa Sanskrit dan Jawa Kuno didalamnya. Selain itu perkembangan agama dalam kerajaan tersebut terdiri dari agama Hindu, kejawen, Budha dan animisme. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa peninggalan Kerajaan Kediri dapat berbentuk candi, kitab kitab ataupun prasasti. Penemuan peninggalan Kediri ini tentunya berada di beberapa wilayah. Pada masa kerajaan Kediri terdapat bentuk pemerintahan monarki. Kerajaan ini menggunakan mata uang seperti perak lokal maupun keping emas. Adapun beberapa bentuk peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu meliputi:
Bentuk peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah candi. Candi peninggalan Kediri ini terbagi menjadi beberapa macam dan ditempatkan di beberapa wilayah yang berbeda. Adapun beberapa nama candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu diantaranya:
Candi Gurah
Candi peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah candi gurah. Peninggalan Kediri ini berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Ukuran dari candi gurah ialah 9 x 9 m. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi gurah tersebut cukup dekat dengan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri yang lain. Penemuan candi Gurah terletak di lahan Bapak Said pada tahun 1957. Namun pada saat itu juga ditemukan beberapa arca dan bangunan lainnya.
Candi Penataran
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Penataran. Peninggalan Kediri ini berada di sebelah utara kota Blitar atau di lereng Gunung Kelud arah barat daya. Di Jawa Timur terdapat candi terbesar dan terindah bernama candi Penataran ini. Selain itu adapula beberapa prasasti yang terdapat disekitar bangunan pada Candi Penataran tersebut. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri diperkiranan telah dibangun pada abad ke 12 - 14 Masehi menurut pendapat para peneliti. Pembuatan candi tersebut sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Wikramawardhana yakni Raja Srengga. Candi Penataran memiliki struktur bangunan batu andesit berupa teras berundak.
Peninggalan Kerajaan Kediri yang berupa candi Penataran tersebut memiliki corak Hindu. Di kala itu Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi candi Penataran sebagai candi suci dalam melaksanakan pemujaan Siwa ke Hayang Acalapan sebagai Girindra. Candi Penataran disebut juga Candi Palah. Di sekitar komplek candi peninggalan Kediri ini terdapat satu buah prasasti Palah yang dibangun pada tahun 1194. Pembangunan ini dilakukan tahun 1190 - 1200 pada masa pemerintahan Kediri. Karena adanya prasasti Palah inilah yang membuat Candi Penataran memiliki nama lain yakni Candi Palah.
Candi Tondowongso
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tondowongso. Peninggalan Kediri ini penemuannya di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur pada tahun 2007. Candi Trondowongso memiliki bentuk dan gaya arca yang pembangunannya sejak abad ke 9 menurut penelitian yang dilakukan. Pada abad tersebut dikenal sebagai masa perpindahan awal pada pusat poliik Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Namun pihak pemerintah belum memperhatikan candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini sehingga terlihat masih memprihatinkan.
Candi Mirigambar
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Mirigambar. Peninggalan Kediri ini penemuannya di lapangan Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan para ahli, candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini telah ada sejak tahun 1214 - 1310 Saka. Candi Mirigambar memiliki struktur bangunan yang berasal dari batu bata merah. Kemudian pada tahun 1965, candi ini telah mendapat perlindungan dari petinggi desa Mirigambar sehingga masih dapat dikunjungi sampai sekarang.
Candi Tuban
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tuban. Peninggalan Kediri ini hanya tinggal pondasi saja sehingga keadaannya berkebalikan dengan Candi Mirigambar. Bahkan peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi Tuban tersebut telah di timbun dalam tanam karena pembangunannya tidak dapat dilakukan. Candi Tuban sendiri terletak 500 meter dari lokasi Candi Mirigambar.
Bentuk peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab. Kitab peninggalan Kediri ini terbagi menjadi beberapa macam dan ditempatkan di beberapa wilayah yang berbeda. Adapun beberapa nama kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu diantaranya:
Kitab Kresnayana
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah kitab Kresnayana. Pengarang dari kitab Kresnayana adalah Empu Triguna. Kitab peninggalan Kediri tersebut berisi biografi Kresna karena keikhlasannya dalam menolong orang lain, dimana anak tersebut memiliki kekuatan luar biasa. Pada masa itu Kresna adalah anak yang banyak disukai oleh rakyat. Kemudian kisahnya diceritakan dengan lengkap sampai menikahi Dewi Rikmin.
Kitab Gatotkacasraya
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Gatotkacasraya. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Panuluh. Isi dari kitab Gatotkacasraya berupa kisah pahlawan yang menyatukan putra Arjuna (Abimanyu) dengan Siti Sundhari. Pahlawan tersebut bernama Gatotkaca.
Kitab Bharatayudha
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Bharatayudha. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Sedah di bagian awal cerita serta Mpu Panuluh dibagian cerita selanjutnya. Menurut perkiraan kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri tersebut telah ada sejak tahun 1079 Saka atau pada tanggal 6 November 1157 Masehi. Penulisan dari kitab Bharatayudha ini dilakukan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya. Kitab Bharatayudha berisi perjuangan penaklukan Panjalu yang dilakukan oleh Jayabaya dan Raja Jenggala.
Kitab Sumarasantaka
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Sumarasantaka. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Empu Monaguna. Isi dari kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ialah kutukan harini. Kutukan Harini adalah kisah seorang bidadari bernama Harini yang membuat kesalahan dan kemudian dikutuk menjadi manusia sehingga sambil menunggu kutukan itu hilang sendirinya, Harini sementara harus tinggal di bumi.
Kitab Smaradahana
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Smaradahana. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Dharmadja. Kitab Smaradahana adalah kitab sastra Jawa Kuno yang berisi kisah Batara Kamajaya yang terbakar. Dalam kitab Smaradahana juga terdapat cerita sepasang kekasih yang secara ghaib hilang tiba tiba yakni Dewa Kama dan Dewi Ratih akibat terkena api dari mata ketiga Dewa Syiwa.
Kitab Hariwangsa
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Hariwangsa. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Panuluh. Hariwangsa sendiri memiliki arti garis keturunan atau silsilah dari sang Hari atau keturunan Wisnu. Tetapi kitab ini memiliki nama Hariwangsa yang sebagian orang menganggapnya kurang cocok. Hal ini dikarenakan didalamnya terdapat sebagian kecil dari ceritanya. Pembuatan dari kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dilakukan pada tahun 1135 - 1157 Masehi atau pada masa pemimpinan Prabu Jayabaya.
Peninggalan Kerajaan Kediri tidak hanya berbentuk candi maupun kitab kitab saja. Melainkan masih ada bentuk peninggalan Kediri lainnya yaitu berupa prasasti. Adapun beberapa prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu meliputi:
Prasasti Jaring
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah prasasti Jaring. Ukuran prasasti peninggalan Kediri ini sekitar 166 cm x 86 cm x 67 cm. Penemuan prasasti Jaring terletak di Jaring, Kembangarum, Sutojayan, Blitar, Jawa Timur atau di Lodaya daerah Blitar Selatan. Penemuan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dilakukan oleh Thomas Raffles. Didalam prasasti terdapat tulisan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Menurut perkiraan pembuatan dari prasasti Jaring sendiri dilakukan pada tanggal 19 November 1181. Isi dari prasasti Jaring adalah pengabulan dari keinginan para penduduk di dukuh Jaring. Selain itu juga berisi gelar atau sebutan para pemimpin di Kerajaan Kediri yang memakai nama hewan seperti Lembu Agra, Menjangan Puguh maupun Macan Kuning.
Prasasti Kamulan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti kamulan. Didalam prasasti peninggalan Kediri ini terdapat kisah cerita pada hari Rabu Kliwon, 31 Agustus 1194 dalam pendirian Kabupaten Trenggalek. Prasasti Kamulan merupakan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yang sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Kertajaya tahun 1119 Masehi. Penemuan prasasti Kamulan berada di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Ukiran dalam prasasti Kamulan masih terlihat jelas meski usianya sudah tua karena terlindung oleh Pendopo.
Prasasti Galunggung
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Galunggung. Prasasti peninggalan Kediri ini memiliki ukiran yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Ukuran dari prasasti galunggung ialah 160 cm x 80 cm x 75 cm. Penemuan prasasti sejarah Kerajaan Kediri tersebut terletak di Rejotangan, Tulung Agung, Jawa Timur. Tetapi di berbagai sisi prasasti terdapat tulisan yang tidak jelas karena usia sehingga sulit di baca.
Prasasti Talan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Talan. Pembuatan Prasasti Talan diperkirakan sudah ada sejak tahun 1136 Masehi atau 1058 Saka. Penemuan dari peninggalan Kediri tersebut terletak di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur. Isi dari prasasti Talan ialah kisah Desa Talan yang masuk ke kawasan bebas pajak di Wilayah Panumbang. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini lebih indah karena pahatan Garudhamukalanca yang terdapat didalamnya. Pahatan Garudhamukalanca ialah pahatan manusia bertubuh kepala Garuda dengan sayapnya.
Prasasti Panumbangan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Panumbangan. Pembuatan prasasti peninggalan Kediri ini dilakukan pada masa pemerintahan dari Maharaja Bameswara atau lebih tepatnya pada tanggal 2 Agustus 1120. Isi dari prasasri Panumbangan yakni pada masa itu Desa Panumbangan yang ditetapkan sebagai desa bebas pajak.
Prasasti Ngantang
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Ngantang. Penemuan prasasti peninggalan Kediri ini berada di Desa Ngantang, Malang, Jawa Timur dan tersimpan di Museum Nasional sekarang. Menurut perkiraan pembuatan prasasti Nguntang dilakukan pada tahun 1057 Saka atau tahun 1135 Masehi. Dalam prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri tersebut berisi Desa Ngantang yang diberikan tanah bebas dari Jayabaya karena mengabdikan dirinya kepada Kerajaan Kediri.
Prasasti Kertoyoso
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Kertoyoso. Penemuan prasasti peninggalan Kediri ini berisi pemerintahan Raja Kamesywara pada tahun 1180 - 1190 dengan aliran keagamaannya.
Prasasti Padelegan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti padelegan. Ukuran prasasti peninggalan Kediri ini ialah tebal 18 cm, lebar atas 81 cm, puncak kurawal 145 cm dan lebar bawah 70 cm. Bahasa yang digunakan dalam prasasti Padelegan ialah bahasa Jawa Kuno. Diperkiraan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dibuat pada tahun 1038 Saka atau lebih tepatnya tanggal 11 Januari 1117 Masehi. Pembuatan prasasti Padelegan ditujukan sebagai kebaktian Desa Padelegan dimasa itu kepada pemerintahan Raja Kamesywara.
Prasasti Ceker
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti ceker. Pembuatan prasasti ceker merupakan wujud penghargaan dari Kerajaan Kediri karena masyarakat Desa Ceker telah setia mengabdi.
Prasasti Sirah Keting
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Sirah Keting. Peninggalan Kediri ini berisi pengabdian kepada Kerajaan Kediri yang dilakukan oleh warga Desa Sirah Keting. Untuk itu pemimpin Kediri, Raja Jayawarsa memberikan tanah kepada desa Sirah Keting.
Sekian penjelasan mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Kediri. Peninggalan Kediri tersebut dapat berupa candi, kitab kitab dan juga prasasti. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dan terima kasih telah membaca.
Salah satu bentuk peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ialah kitab terkenal yang bernama kitab Kresnayana. Kemudian adapula prasasti peninggalan kediri yang cukup terkenal yaitu prasasti jaring. Untuk kategori peninggalan dari Kerajaan Kediri yang berbentuk candi dapat berupa candi penataran yang terkenal. Dalam pembahasan kali ini saya akan membagikan beberapa peninggalan Kerajaan Kediri, baik berupa candi, kitab kitab maupun prasasti. Untuk lebih jelasnya dapat anda simak di bawah ini.
22 Peninggalan Kerajaan Kediri (Candi, Kitab dan Prasasti)
Kerajaan Kediri menurut sejarah memiliki ibu kota yaitu Daha dengan bahasa Sanskrit dan Jawa Kuno didalamnya. Selain itu perkembangan agama dalam kerajaan tersebut terdiri dari agama Hindu, kejawen, Budha dan animisme. Seperti yang sudah saya jelaskan di atas bahwa peninggalan Kerajaan Kediri dapat berbentuk candi, kitab kitab ataupun prasasti. Penemuan peninggalan Kediri ini tentunya berada di beberapa wilayah. Pada masa kerajaan Kediri terdapat bentuk pemerintahan monarki. Kerajaan ini menggunakan mata uang seperti perak lokal maupun keping emas. Adapun beberapa bentuk peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu meliputi:
Baca juga : Pengertian Peradaban Menurut Para Ahli Beserta Ciri-Cirinya (Lengkap)
Candi Peninggalan Kerajaan Kediri
Bentuk peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah candi. Candi peninggalan Kediri ini terbagi menjadi beberapa macam dan ditempatkan di beberapa wilayah yang berbeda. Adapun beberapa nama candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu diantaranya:
Candi Gurah
Gambar Candi Gurah |
Candi peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah candi gurah. Peninggalan Kediri ini berada di Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur. Ukuran dari candi gurah ialah 9 x 9 m. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi gurah tersebut cukup dekat dengan candi peninggalan dari Kerajaan Kediri yang lain. Penemuan candi Gurah terletak di lahan Bapak Said pada tahun 1957. Namun pada saat itu juga ditemukan beberapa arca dan bangunan lainnya.
Candi Penataran
Gambar Candi Penataran |
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Penataran. Peninggalan Kediri ini berada di sebelah utara kota Blitar atau di lereng Gunung Kelud arah barat daya. Di Jawa Timur terdapat candi terbesar dan terindah bernama candi Penataran ini. Selain itu adapula beberapa prasasti yang terdapat disekitar bangunan pada Candi Penataran tersebut. Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri diperkiranan telah dibangun pada abad ke 12 - 14 Masehi menurut pendapat para peneliti. Pembuatan candi tersebut sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Wikramawardhana yakni Raja Srengga. Candi Penataran memiliki struktur bangunan batu andesit berupa teras berundak.
Peninggalan Kerajaan Kediri yang berupa candi Penataran tersebut memiliki corak Hindu. Di kala itu Raja Hayam Wuruk pernah mengunjungi candi Penataran sebagai candi suci dalam melaksanakan pemujaan Siwa ke Hayang Acalapan sebagai Girindra. Candi Penataran disebut juga Candi Palah. Di sekitar komplek candi peninggalan Kediri ini terdapat satu buah prasasti Palah yang dibangun pada tahun 1194. Pembangunan ini dilakukan tahun 1190 - 1200 pada masa pemerintahan Kediri. Karena adanya prasasti Palah inilah yang membuat Candi Penataran memiliki nama lain yakni Candi Palah.
Baca juga : Nama Nama Presiden dan Wakil Presiden Indonesia Beserta Masa Jabatannya
Candi Tondowongso
Gambar Candi Tondowongso |
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tondowongso. Peninggalan Kediri ini penemuannya di Desa Gayam, Kecamatan Gurah, Kediri, Jawa Timur pada tahun 2007. Candi Trondowongso memiliki bentuk dan gaya arca yang pembangunannya sejak abad ke 9 menurut penelitian yang dilakukan. Pada abad tersebut dikenal sebagai masa perpindahan awal pada pusat poliik Jawa Tengah menuju Jawa Timur. Namun pihak pemerintah belum memperhatikan candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini sehingga terlihat masih memprihatinkan.
Candi Mirigambar
Gambar Candi Mirigambar |
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Mirigambar. Peninggalan Kediri ini penemuannya di lapangan Desa Mirigambar, Kecamatan Sumbergempol, Tulungagung, Jawa Timur. Menurut perkiraan para ahli, candi peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini telah ada sejak tahun 1214 - 1310 Saka. Candi Mirigambar memiliki struktur bangunan yang berasal dari batu bata merah. Kemudian pada tahun 1965, candi ini telah mendapat perlindungan dari petinggi desa Mirigambar sehingga masih dapat dikunjungi sampai sekarang.
Candi Tuban
Candi peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah candi Tuban. Peninggalan Kediri ini hanya tinggal pondasi saja sehingga keadaannya berkebalikan dengan Candi Mirigambar. Bahkan peninggalan sejarah Kerajaan Kediri seperti candi Tuban tersebut telah di timbun dalam tanam karena pembangunannya tidak dapat dilakukan. Candi Tuban sendiri terletak 500 meter dari lokasi Candi Mirigambar.
Kitab Peninggalan Kerajaan Kediri
Bentuk peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab. Kitab peninggalan Kediri ini terbagi menjadi beberapa macam dan ditempatkan di beberapa wilayah yang berbeda. Adapun beberapa nama kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu diantaranya:
Kitab Kresnayana
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah kitab Kresnayana. Pengarang dari kitab Kresnayana adalah Empu Triguna. Kitab peninggalan Kediri tersebut berisi biografi Kresna karena keikhlasannya dalam menolong orang lain, dimana anak tersebut memiliki kekuatan luar biasa. Pada masa itu Kresna adalah anak yang banyak disukai oleh rakyat. Kemudian kisahnya diceritakan dengan lengkap sampai menikahi Dewi Rikmin.
Kitab Gatotkacasraya
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Gatotkacasraya. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Panuluh. Isi dari kitab Gatotkacasraya berupa kisah pahlawan yang menyatukan putra Arjuna (Abimanyu) dengan Siti Sundhari. Pahlawan tersebut bernama Gatotkaca.
Kitab Bharatayudha
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Bharatayudha. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Sedah di bagian awal cerita serta Mpu Panuluh dibagian cerita selanjutnya. Menurut perkiraan kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri tersebut telah ada sejak tahun 1079 Saka atau pada tanggal 6 November 1157 Masehi. Penulisan dari kitab Bharatayudha ini dilakukan pada masa pemerintahan Prabu Jayabaya. Kitab Bharatayudha berisi perjuangan penaklukan Panjalu yang dilakukan oleh Jayabaya dan Raja Jenggala.
Kitab Sumarasantaka
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Sumarasantaka. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Empu Monaguna. Isi dari kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ialah kutukan harini. Kutukan Harini adalah kisah seorang bidadari bernama Harini yang membuat kesalahan dan kemudian dikutuk menjadi manusia sehingga sambil menunggu kutukan itu hilang sendirinya, Harini sementara harus tinggal di bumi.
Kitab Smaradahana
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Smaradahana. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Dharmadja. Kitab Smaradahana adalah kitab sastra Jawa Kuno yang berisi kisah Batara Kamajaya yang terbakar. Dalam kitab Smaradahana juga terdapat cerita sepasang kekasih yang secara ghaib hilang tiba tiba yakni Dewa Kama dan Dewi Ratih akibat terkena api dari mata ketiga Dewa Syiwa.
Baca juga : Organisasi Pergerakan Nasional pada Masa Pendudukan Jepang
Kitab Hariwangsa
Kitab peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah kitab Hariwangsa. Pengarang kitab peninggalan Kediri ini ialah Mpu Panuluh. Hariwangsa sendiri memiliki arti garis keturunan atau silsilah dari sang Hari atau keturunan Wisnu. Tetapi kitab ini memiliki nama Hariwangsa yang sebagian orang menganggapnya kurang cocok. Hal ini dikarenakan didalamnya terdapat sebagian kecil dari ceritanya. Pembuatan dari kitab peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dilakukan pada tahun 1135 - 1157 Masehi atau pada masa pemimpinan Prabu Jayabaya.
Prasasti Peninggalan Kerajaan Kediri
Peninggalan Kerajaan Kediri tidak hanya berbentuk candi maupun kitab kitab saja. Melainkan masih ada bentuk peninggalan Kediri lainnya yaitu berupa prasasti. Adapun beberapa prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yaitu meliputi:
Prasasti Jaring
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri yang pertama adalah prasasti Jaring. Ukuran prasasti peninggalan Kediri ini sekitar 166 cm x 86 cm x 67 cm. Penemuan prasasti Jaring terletak di Jaring, Kembangarum, Sutojayan, Blitar, Jawa Timur atau di Lodaya daerah Blitar Selatan. Penemuan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dilakukan oleh Thomas Raffles. Didalam prasasti terdapat tulisan menggunakan bahasa Jawa Kuno. Menurut perkiraan pembuatan dari prasasti Jaring sendiri dilakukan pada tanggal 19 November 1181. Isi dari prasasti Jaring adalah pengabulan dari keinginan para penduduk di dukuh Jaring. Selain itu juga berisi gelar atau sebutan para pemimpin di Kerajaan Kediri yang memakai nama hewan seperti Lembu Agra, Menjangan Puguh maupun Macan Kuning.
Prasasti Kamulan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti kamulan. Didalam prasasti peninggalan Kediri ini terdapat kisah cerita pada hari Rabu Kliwon, 31 Agustus 1194 dalam pendirian Kabupaten Trenggalek. Prasasti Kamulan merupakan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri yang sudah ada sejak masa pemerintahan Raja Kertajaya tahun 1119 Masehi. Penemuan prasasti Kamulan berada di Desa Kamulan, Kecamatan Durenan, Kabupaten Trenggalek. Ukiran dalam prasasti Kamulan masih terlihat jelas meski usianya sudah tua karena terlindung oleh Pendopo.
Prasasti Galunggung
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Galunggung. Prasasti peninggalan Kediri ini memiliki ukiran yang menggunakan huruf Jawa Kuno. Ukuran dari prasasti galunggung ialah 160 cm x 80 cm x 75 cm. Penemuan prasasti sejarah Kerajaan Kediri tersebut terletak di Rejotangan, Tulung Agung, Jawa Timur. Tetapi di berbagai sisi prasasti terdapat tulisan yang tidak jelas karena usia sehingga sulit di baca.
Prasasti Talan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Talan. Pembuatan Prasasti Talan diperkirakan sudah ada sejak tahun 1136 Masehi atau 1058 Saka. Penemuan dari peninggalan Kediri tersebut terletak di Desa Gurit, Blitar, Jawa Timur. Isi dari prasasti Talan ialah kisah Desa Talan yang masuk ke kawasan bebas pajak di Wilayah Panumbang. Prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini lebih indah karena pahatan Garudhamukalanca yang terdapat didalamnya. Pahatan Garudhamukalanca ialah pahatan manusia bertubuh kepala Garuda dengan sayapnya.
Prasasti Panumbangan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Panumbangan. Pembuatan prasasti peninggalan Kediri ini dilakukan pada masa pemerintahan dari Maharaja Bameswara atau lebih tepatnya pada tanggal 2 Agustus 1120. Isi dari prasasri Panumbangan yakni pada masa itu Desa Panumbangan yang ditetapkan sebagai desa bebas pajak.
Prasasti Ngantang
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Ngantang. Penemuan prasasti peninggalan Kediri ini berada di Desa Ngantang, Malang, Jawa Timur dan tersimpan di Museum Nasional sekarang. Menurut perkiraan pembuatan prasasti Nguntang dilakukan pada tahun 1057 Saka atau tahun 1135 Masehi. Dalam prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri tersebut berisi Desa Ngantang yang diberikan tanah bebas dari Jayabaya karena mengabdikan dirinya kepada Kerajaan Kediri.
Prasasti Kertoyoso
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Kertoyoso. Penemuan prasasti peninggalan Kediri ini berisi pemerintahan Raja Kamesywara pada tahun 1180 - 1190 dengan aliran keagamaannya.
Prasasti Padelegan
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti padelegan. Ukuran prasasti peninggalan Kediri ini ialah tebal 18 cm, lebar atas 81 cm, puncak kurawal 145 cm dan lebar bawah 70 cm. Bahasa yang digunakan dalam prasasti Padelegan ialah bahasa Jawa Kuno. Diperkiraan prasasti peninggalan sejarah Kerajaan Kediri ini dibuat pada tahun 1038 Saka atau lebih tepatnya tanggal 11 Januari 1117 Masehi. Pembuatan prasasti Padelegan ditujukan sebagai kebaktian Desa Padelegan dimasa itu kepada pemerintahan Raja Kamesywara.
Prasasti Ceker
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti ceker. Pembuatan prasasti ceker merupakan wujud penghargaan dari Kerajaan Kediri karena masyarakat Desa Ceker telah setia mengabdi.
Prasasti Sirah Keting
Prasasti peninggalan Kerajaan Kediri selanjutnya adalah prasasti Sirah Keting. Peninggalan Kediri ini berisi pengabdian kepada Kerajaan Kediri yang dilakukan oleh warga Desa Sirah Keting. Untuk itu pemimpin Kediri, Raja Jayawarsa memberikan tanah kepada desa Sirah Keting.
Sekian penjelasan mengenai beberapa peninggalan Kerajaan Kediri. Peninggalan Kediri tersebut dapat berupa candi, kitab kitab dan juga prasasti. Semoga artikel ini dapat menambah wawasan anda dan terima kasih telah membaca.
0 Response to "22 Peninggalan Kerajaan Kediri (Candi, Kitab dan Prasasti)"
Posting Komentar